Punya Gejala Hipertensi, Apa Pengertian,Penyebab dan Cara Pengobatan Hipertensi

PENGERTIAN HIPERTENSI

Apa itu hipertensi (tekanan darah tinggi)?
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.

Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi (jantung beristirahat).


Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering disebut dengan “pembunuh diam-diam” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, diabetes, dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan penyebab kematian akibat hipertensi tertinggi di Indonesia.

" Berapa seharusnya tekanan darah normal? "

Memahami angka tekanan darah normal tidaklah mudah, terutama dengan istilah seperti “sistolik”, “diastolik”, dan “milimeter merkuri” (mmHg). Namun, jika Anda ingin menjaga tekanan darah tetap terkontrol, penting untuk mengetahui apa yang dianggap normal, dan kapan tekanan darah dikatakan terlalu tinggi alias hipertensi.

Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG. Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka Anda dapat disebut memiliki tekanan darah normal. Seseorang baru disebut memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan 140/90 mmHG. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah. Namun begitu, memiliki tekanan darah normal bukan berarti Anda bisa bersantai. Saat angka sistolik Anda berada di antara 120-139, atau jika angka diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya Anda memiliki “prehipertensi”. Meskipun angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas angka normal. Orang-orang yang sehat juga dianjurkan untuk melakukan langkah pencegahan untuk menjaga agar tekanan darah tetap berada di kisaran normal, sekaligus menghindari risiko hipertensi dan penyakit jantung.

Apabila pembacaan tekanan darah Anda berada di atas 180/110 mmHg, atau jika memiliki tekanan sistolik ATAU diastolik yang lebih tinggi dari angka ini, Anda berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi yang disebut krisis hipertensi. Jika tekanan darah Anda sampai setinggi ini, dokter biasanya akan mengukur kembali setelah beberapa menit. Jika masih sama tingginya, Anda akan segera diberi obat darah tinggi darurat.

Seberapa umumkah hipertensi (tekanan darah tinggi)?
Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025.

Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan darah tinggi.


Ciri-ciri & Gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala hipertensi (tekanan darah tinggi)?
Seseorang yang memiliki tensi darah tinggi biasanya tidak menunjukkan ciri apa pun atau hanya mengalami gejala ringan.
Namun secara umum, 

  • Gejala Hipertensi adalah:

  1. 1. akit kepala parah
  2. 2. Pusing
  3. 3. Penglihatan buram
  4. 4. Mual
  5. 5. Telinga berdenging
  6. 6. Kebingungan
  7. 7. Detak jantung tak teratur
  8. 8. Kelelahan
  9. 9. Nyeri dada
  10. 10. Sulit bernapas
  11. 11. Darah dalam urin
  12. 12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

  • Penyebab Hipertensi
Apa penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi)?
Hipertensi yang penyebabnya tidak jelas disebut hipertensi primer. Tapi tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang buruk.

Ambil contoh, merokok. Merokok satu batang saja dapat menyebabkan lonjakan langsung dalam tekanan darah dan dapat meningkatkan kadar tekanan darah sistolik sebanyak 4 mmHG. Nikotin dalam produk tembakau memacu sistem saraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Kebanyakan makan makanan asin, yang mengandung natrium (makanan olahan, makanan kalengan, fast food), dan makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan juga dapat meningkatkan kolesterol dan/atau tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi juga bisa muncul sebagai efek samping obat gagal ginjal dan perawatan penyakit jantung. Kondisi ini disebut hipertensi sekunder. Pil KB atau obat flu yang dijual di toko obat juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Wanita hamil atau yang menggunakan terapi pengganti hormon mungkin juga mengalami tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi karena obat mungkin menjadi normal setelah berhenti minum obat, tapi dalam beberapa kasus, tekanan darah masih meningkat selama beberapa minggu setelah menghentikan penggunaan obat. Anda harus bertanya kepada dokter jika tekanan darah abnormal terus terjadi, Anak di bawah 10 tahun sering kali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit lain, misalnya penyakit ginjal. Dalam kasus tersebut, tekanan darah anak akan kembali normal setelah mengonsumsi obat darah tinggi.

  • Pengobatan Hipertensi
1. Pengobatan di rumah
-Diet seimbang dan rendah garam
-Olahraga teratur
-Tidak merokok dan tidak minum alkohol
-Berusaha menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas
menurunkan tekanan darah tinggi secara alami. Misalnya dengan belajar teknik pernapasan dalam yang benar dan relaksasi otot. Kedua hal tersebut dapat membantu menghilangkan stres yang mungkin muncul sebagai efek samping dari hipertensi. Terlebih, stres emosional memengaruhi tekanan darah Anda.

    Patofisiologi

Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti, pada hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik
.Terkait faktor genetik, polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko menimbulkan hipertensi.
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-angiotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer dan tekanan darah.


    Komplikasi

1. Penyakit Kardiovaskular
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya pengerasan dan penebalan arteri dinding pembuluh darah, yang disebut aterosklerosis.
Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang pada akhirnya memicu penyakit jantung akibat kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Dan, tak jarang kondisi ini berkembang menjadi serangan jantung bagi pengidapnya.
Tak hanya serangan jantung, hipertensi juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gagal jantung. Ini merupakan dampak dari otot jantung yang dipaksa bekerja lebih keras saat tekanan darah meningkat.
Ketika tekanan darah meningkat, pembuluh darah mengerut sebagai respons awal. Kemudian, dinding pembuluh darah menebal dan kerusakan jaringan pun terjadi, mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah.

2. Masalah Penglihatan
Komplikasi hipertensi pada mata dikenal sebagai retinopati hipertensi.
Terjadi perubahan pembuluh darah di retina mata, yang dapat menyebabkan darah bocor ke jaringan retina yang halus. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang bersifat permanen.

3. Stroke dan Gangguan Pada Otak
Stroke disebabkan oleh perdarahan di pembuluh darah otak, yang terjadi akibat terhambatnya aliran darah ketika memasuki arteri yang rusak akibat tekanan darah tinggi yang terus-menerus. Sekitar 85 persen dari kasus stroke adalah iskemik atau karena aliran darah yang buruk.
Komplikasi lain dari penyakit hipertensi yang mempengaruhi otak adalah ensefalopati hipertensi.
Kondisi ini mengacu pada perubahan status mental, yang sering disertai dengan sakit kepala dan mual akibat pembengkakan di otak yang disebabkan oleh perubahan aliran darah.

4. Penyakit Ginjal
Komplikasi penyakit akibat hipertensi selanjutnya adalah penyakit ginjal. Tekanan darah tinggi yang terus-menerus adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal kronis, yang seringkali membuat seseorang membutuhkan dialisis atau cuci darah.
Ketika pembuluh darah kecil di ginjal rusak oleh hipertensi kronis yang tidak terkontrol, tubuh menjadi tidak mampu lagi menyaring racun dan limbah.
Dalam kondisi ini, dialisis atau cuci darah diperlukan untuk membantu membersihkan darah dari sisa-sisa racun dan sampah metabolisme.

5. Demensia
Arteri yang menyempit atau tersumbat dapat membatasi aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan seseorang pada akhirnya menderita demensia vaskular. Stroke yang mengganggu aliran darah ke otak juga dapat menyebabkan demensia vaskular.


Menurut Alzheimer's Association di Chicago, Demensia dapat ditandai dengan hilangnya ingatan, mudah lupa, susah berkomunikasi dan berbahasa, dan sulit fokus. Oleh sebab itu, demensia sangat berbahaya karena dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
Jadi, jangan remehkan efek dari tekanan darah tinggi, ya, Moms. Begitu terdeteksi memiliki tekanan darah di atas angka normal, segera tindak lanjuti dengan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tak berujung pada komplikasi hipertensi di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar