MAKALAH ILMU PENYAKIT
PADA SISTEM LIMFATIK
Disusun oleh :
STUDYONINTERNET.BLOGSPOT.COM
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Pada Sistem Limfatik” ini.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Penyakit.
Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan
informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua, terutama kami yang mengerjakan.
Soreang, agustus 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar
belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
PENGERTIAN SISTEM
LIMFATIK............................................................. 3
PENYAKIT YANG ADA PADA
SISTEM LIMFATIK................................. 4
1. Limfedema................................................................................................ 4
2. Limfoma
Hodgkin.................................................................................... 8
3. Limfoma
non-hodgkin.............................................................................. 11
4. Limfadenitis.............................................................................................. 16
5. Limfangitis................................................................................................ 22
6. Tonsillitis................................................................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................................ 28
A. Kesimpulan............................................................................................... 28
B. Saran
........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 29
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Fungsi
utama dari sistem limfatik adalah untuk mengangkut getah bening, yang jernih,
cairan tidak berwarna yang mengandung sel-sel darah putih yang membantu
membersihkan tubuh dari racun, limbah dan bahan yang tidak diinginkan lainnya.
Limfatik berasal dari kata Latin lymphaticus, yang berarti “terhubung ke air,”
sebagai getah bening jernih.
Sistem
limfatik, yang merupakan bagian dari sistem peredaran darah, memiliki sejumlah
fungsi, termasuk penghapusan cairan interstitial, cairan ekstraselular yang
menggenangi sebagian besar jaringan. Hal ini juga bertindak sebagai jalan,
pengangkutan sel darah putih ke dan dari kelenjar getah bening ke dalam tulang,
dan menyajikan antigen sel-sel ke kelenjar getah bening.
B. Rumusan
masalah
-
Apa definisi dari
limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis?
-
Apa etiologi dari
limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis?
-
Apa manifestasi klinis dari
limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis?
-
Apa patofisiologi dari
limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis?
-
Apa diagnosa keperawatan dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis?
-
Apa penatalaksanaan dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis?
C. Tujuan
Untuk
mengetahui;
-
Definisi dari limfedema,
limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis
-
Etiologi dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis
-
Manifestasi klinis dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis
-
Patofisologi dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis
-
Diagnosa keperawatan dari limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma
non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan tonsillitis
-
Penatalaksanaan dari
limfedema, limfoma Hodgkin, limfoma non-hodgkin, limfadenitis, limfangitis, dan
tonsillitis
PEMBAHASAN
PENGERTIAN SISTEM LIMFATIK
Sistem limfatik adalah jaringan jaringan dan organ
yang terutama terdiri dari pembuluh getah bening, kelenjar getah bening dan
kelenjar getah. Amandel, kelenjar gondok, limpa dan timus adalah bagian dari
sistem limfatik.
Ada 600 sampai 700 kelenjar getah bening dalam tubuh
manusia yang menyaring getah bening sebelum kembali ke sistem peredaran darah.
Limpa, yang merupakan organ limfatik terbesar, terletak di sisi kiri tubuh
tepat di atas ginjal. Manusia bisa hidup tanpa limpa, meskipun orang-orang yang
telah kehilangan limpa mereka terhadap penyakit atau cedera lebih rentan
terhadap infeksi.
Timus, yang menyimpan limfosit matang dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi sel T aktif, terletak di dada tepat di atas
jantung.
Amandel adalah kelompok besar dari sel-sel limfatik
ditemukan di faring. Meskipun tonsilektomi terjadi lebih jarang hari ini
daripada yang mereka lakukan pada 1950-an, masih salah satu operasi yang paling
umum dilakukan dan biasanya sering mengikuti infeksi tenggorokan.
Ketika bakteri dikenali dalam cairan getah bening,
kelenjar getah bening membuat lebih banyak sel darah putih melawan infeksi,
yang dapat menyebabkan pembengkakan. Kelenjar getah bening yang bengkak
kadang-kadang dapat dirasakan di leher, ketiak dan selangkangan.
Tidak seperti darah yang mengalir ke seluruh tubuh
dalam putaran terus menerus, getah bening mengalir hanya dalam satu arah – ke
atas menuju leher – dalam sistem sendiri. Ini mengalir ke dalam aliran darah
melalui pembuluh darah vena subklavia, yang terletak di kedua sisi leher dekat
tulang selangka.
Plasma meninggalkan sel setelah telah disampaikan
nutrisi dan mengelurkan sampah. Sebagian besar ini cairan kembali ke sirkulasi
vena melalui venula dan berlanjut sebagai darah vena. Sisanya menjadi bening.
Getah berangkat jaringan dan memasuki sistem limfatik
melalui kapiler limfatik khusus. Sekitar tiga perempat dari kapiler ini adalah
kapiler superfisial yang terletak di dekat permukaan kulit. Ada juga kapiler
limfatik mendalam yang mengelilingi sebagian besar organ tubuh.
Ada dua daerah drainase yang membentuk sistem
limfatik. Daerah drainase kanan menangani lengan kanan dan dada. Daerah
drainase kiri membersihkan semua area lain dari tubuh, termasuk kaki, batang
bawah, bagian kiri atas dada, dan lengan kiri.
PENYAKIT YANG ADA PADA
SISTEM LIMFATIK
1.
Limfedema
a. Definisi
Limfedema adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran getah bening kembali ke
dalam darah.
b. Etiologi
Limfedema
yaitu pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran cairan getah bening
kembali kedalam darah. Pada umumnya dikenal dua bentuk limfaedema, yakni yang
kongenital dan yang didapat. Limfedema kongenital merupakan suatu kelainan
bawaan yang terjadi akibat tidak terbentuknya atau terlalu sedikitnya pembuluh
getah bening, sehingga tidak dapat mngendalikan seluruh getah bening. Kelainan
ini hampir seluruhnya mengenai tungkai dan jatang pada lengan. Kelainan ini
lebih sering terjadi pada anak perempuan. Kasus yang lebih banyak ditemukan
adalah limfadema sekunder / yang didapat. Biasanya kelainan ini merupakan
akibat dari:
•
Pembentukan jaringan
parut karena infeksi berulang pada pembuluh getah bening, sehingga terjadi
gangguan aliran cairan getah bening. Contohnya pada infeksi parasit tropis
filaria yang menyebabkan kaki gajah (filariasis). Selain itu kumpulan cacing
dewasa yang terjadi pada infeksi itu juga menyebabkan penyumbatan pembuluh dan
kelenjar limfe.
•
Trauma bedah dan radiasi
terutama setelah pengobatan kanker. Contohnya pada kanker payudara di mana bisa
terjadi penyebaran sel sel kanker ke pumbuluh getah bening dan kelenjar getah
bening sehingga harus diangkat atau di sinari dengan radiasi. Bila hal ini
terjadi maka bisa terjadi gangguan pada aliran limfe sehingga menimbulkan
penumpukan cairan (edema / bengkak)
•
Trauma akibat lainnya
misalnya kecelakaan
•
Peradangan atau infeksi
yang lain. Peradangan pada sistem limfatik biasanya dimulai dengan sellitis
(infeksi jaringan bawah kulit) atau limfangitis (radang saluran limfe) yang
berulang. Dapat terjadi dengan atau suhu yang meningkat, seringkali terlihat
bercak merah yang makin melebar, akhirnya sebagian tungkai akan bengkak dan
merah, panas serta perih. Kelenjar limfe di bagian proksimalnya juga akan ikut
bengkak dan nyeri pada perabaan.
•
Bisa juga akibat penyakit
lain, seperti gagal jantung, sirosis hati, atau gagal ginjal, yang menyebabkan
kapasitas sistem limfe relatif tidak mencukupi beban limfe yang berlebihan.
c. Manifestasi
klinis / Gejala / Tanda Limfedema
Pada
limfedema kongenital, pembengkakan dimulai secara bertahap pada salah satu atau
kedua tungkai. Pertanda awal dari limfedema bisa berupa bengkak di kaki, yang
menyebabkan sepatu terasa sempit menjelang sore hari.
Pada
stadium awal, pembengkakan akan menghilang jika tungkai diangkat. Lama-lama
pembengkakan tampak lebih jelas dan tidak menghilang secara sempurna meskipun
setelah beristirahat semalaman. Pada limfedema yang didapat, kulit tampak sehat
tetapi mengalami pembengkakan. Penekanan pada daerah yang membengkak tidak
meninggalkan lekukan.
Pada
kasus yang jarang, lengan maupun tungkai yang membengkak tampak sangat besar
dan kulitnya tebal serta berlipat-lipat, sehinggga hampir menyerupai kulit
gajah (elefantiasis).
d. Patofisiologi
Patofisiologi
lymphedema melibatkan dua proses, ketidakseimbangan produksi dan pengeluaran limfa,
serta kerusakan jaringan.
Fisiologi Saluran Limfatik
Untuk
mengetahui patogenesis dan patofisiologi lymphedema, kita harus mengetahui
fisiologi saluran limfatik. Pembuluh limfa merupakan sistem dengan tekanan yang
rendah. Ukuran pembuluh limfa bervariasi. Pada pembuluh limfa yang besar,
terdapat otot polos kontraktil untuk membantu aliran limfa. Aliran pada sistem
limfatik menghubungkan ruang interstisial dengan organ limfoid, menuju
sirkulasi sentral.
Ketidakseimbangan antara Produksi dan
Pengeluaran Limfa
Ketidakseimbangan
antara produksi limfa dan pengeluarannya menjadi proses yang sangat penting
pada patogenesis dan patofisiologi lymphedema. Lymphedema muncul akibat
kegagalan pengeluaran limfa akibat gagalnya transpor limfatik. Hal ini dapat
disebabkan oleh kerusakan kongenital, destruksi anatomi akibat tumor, operasi,
dan radioterapi, serta defisiensi fungsional. Edema muncul sebagai manifestasi
klinis dari kegagalan transpor tersebut. Edema pitting disebabkan oleh
terkumpulnya cairan di ruang interstisial.
Kerusakan Jaringan
Kerusakan
jaringan pada lymphedema disebabkan oleh inflamasi kronis yang dimediasi
monosit, makrofag, limfosit, dan sel dendritik, kurangnya tekanan oksigen
akibat cairan yang penuh protein, serta proliferasi jaringan stroma dan
parenkim dengan peningkatan penyimpanan substansi pada matriks ekstraseluler.
Selain itu, kerusakan yang terus menerus dapat menyebabkan kegagalan kapasitas
transport limfatik. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan penebalan jaringan
kutan serta hiperselularitas, fibrosis, dan peningkatan jaringan adiposa
subfascial dan jaringan subkutan yang patologis.
Hal
ini menyebabkan limfangitis serta kerusakan kulit pada pasien lymphedema. Edema
yang terjadi juga berubah dari edema pitting menjadi non-pitting. Hal ini menandakan
bahwa lymphedema sudah berada di stadium akhir.
Edema
dan limfangitis yang terjadi menyebabkan mobilitas pasien berkurang. Hal ini
menyebabkan ketidaknyamanan serta rasa berat pada tungkai bawah.
e. Diagnosa
Diagnosa mungkin muncul pada klien
limfedema yaitu:
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan kerusakan jaringan, dan tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer.
2. Nyeri
akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot
3. Resiko
tinggi gangguan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan factor
internal: perubahan sirkulasi dan deficit imunologis
4. Hipertermi
berhubungan dengan proses penyakit
f.
Penatalaksanaan
Limfedema
tidak ada obatnya. Pada limfedema ringan, untuk mengurangi pembengkakan bisa
digunakan perban kompresi. Pada limfedema yang lebih berat, untuk mengurangi
pembengkakan bisa digunakan stoking pneumatik selama 1-2 jam/hari. Jika
pembengkakan sudah berkurang, untuk mengendalikan pembengkakan, penderita harus
menggunakan stoking elastis setinggi lutut setiap hari, mulai dari bangun tidur
sampai sebelum tidur malam hari.
Pada
limfedema di lengan, untuk mengurangi pembengkakan digunakan stoking lengan
pneumatik setiap hari . Pada elefantiasis mungkin perlu dilakukan pembedahan
ekstensif untuk mengangkat sebagian besar jaringan yang membengkak di bawah
kulit.
2.
Limfoma
Hodgkin
a. Definisi
Limfoma
Hodgkin adalah kanker jaringan limfoid, biasanya kelenjar limfe dan limfa.
Penyakit ini adalah salah satu kanker yang tersering dijumpai pada orang dewasa
muda, terutama pria muda. Terdapat empat klasifikasi penyakit Hodgkin,
berdasarkan sel yang terlibat dan apakah bentuk neoplasmanya nodular atau
tidak. Dari penentuan stadium penyakit Hodgkin sangat perlu dilakukan, karena
dapat memberi petunjuk mengenai pengobatan dan sangat mempengaruhi hasil akhir.
Stadium-stadium awal penyakit Hodgkin, stadium I dan II, biasanya dapat
disembuhkan. Angka kesembuhan untuk stadium III dan IV cenderung masing-masing
adalah 75% dan 60%.
b. Etiologi
Penyebab
pasti limfoma Hodgkin masih belum diketahui (idiopatik). Namun, orang yang
mengidap penyakit ini atau yang sudah mengalami remisi memperlihatkan mengalami
penurunan imunitas yang diperantarai oleh sel T. selain itu kelompok – kelompok
kasus sporadic mengisyaratkan bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes,
ikut berperan. Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit
ini. Diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam
timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma. Penyebabnya tidak diketahui,
walaupun beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah virus, seperti virus
Epstein Barr dan penyakit ini tampaknya tidak menular. Namun terdapat beberapa
faktor risiko terkait timbulnya penyakit limfoma, yaitu :
Ø Orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) atau yang mendapat terapi imunosupresan memiliki risiko tinggi
untuk timbulnya limfoma.
Ø Orang yang sering kontak dengan herbisida
atau pestisida, misalnya petani
Ø Infeksi virus Epstien-Barr atau human T-cell
lymphocytotropic virus (HTVL). HTVL menyebabkan limfoma sel T
Ø Genetik
Ø Jenis kelamin
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis
pada klien dengan limfoma Hodgkin, antara lain :
1. Malam
berkeringat
2. Unexplained
berat badan
3. Pembengkakan
kelenjar getah bening
4. Splenomegali
5. Hepatomegali.
6.
Hepatosplenomegali.
7. Nyeri
8. Purpura
9. Ptekie
10. Pruritis
11. Demam
d. Patofisiologi
Sistem limfatik
membawa tipe khusus dari sel darah putih (limfosit) melalui pembuluh getah
bening ke seluruh jaringan tubuh, termasuk sumsum tulang. Tersebarnya jaringan
ini merupakan suatu kumpulan limfosit dalam nodus limfatikus yang disebut
kelenjar getah bening. Limfosit yang ganas (sel limfoma) dapat bersatu menjadi
kelenjar getah bening tunggal/dapat menyebar di seluruh tubuh, bahkan hampir di
semua organ. Hal ini dapat kita sebut sebagai keganasan dari sistem limfotik
atau Limfoma. Limfoma dibedakan berdasar jenis sel kanker tertentu, yaitu
limfoma hodgkin dan limfoma non hodgkin. Penyebab terjadinya limfoma hodgkin
tidak diketahui secara pasti, tapi terdapat beberapa faktor risiko terjadinya
penyakit ini, antara lain: orang yang terinfeksi HIV AIDS, orang yang
terinfeksi virus epstein-barr(HTLV), usia 15-40 th, >55 th, jenis kelamin
laki-laki. Penyakit ini ditandai dengan adanya sel reed-steinberg yang
dikelilingi oleh sel radang pleomorf. Sel reed-steinberg ini memiliki limfosit
besar yang ganas yang lebih besar dari satu inti sel, yang bersifat patologis.
Hal inilah yang menjadi penanda utama limfoma hodgkin.
e. Diagnosa
·
Pola nafas tidak efektif
, resiko tinggi terhadap obstruksi trakeobronkial ; pembesaran nodus
mediastinal dan/atau edema jalan nafas (Hodgkin dan non-Hodgkin); sindrom vena
kava superior (non Hodgkin).
·
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia/ absorpsi nutrient yang diperlukan
·
Nyeri (akut) berhubungan
dengan pembesaran organ nodus limfe.
·
Perfusi jaringan perifer tidak
efektif berhubungan dengan; penurunan konsentrasi Hb dalam darah,
·
Konstipasi berhubungan
dengan; kelemahan otot abdomen, depresi, stres emosional, Tumor/limfoma
f.
Penatalaksanaan
1. Operasi
: cara yang sering ditemui berupa operasi limfoma gastro-intestinal ganas,
operasi limfoma sistem urin dan reproduksi ganas, operasi limfoma limpa ganas,
dll.
2. Kemoterapi : obat kemo bisa membunuh sel tumor
yang tumbuh dengan cepat, merupakan cara pengobatan yang paling utama untuk
limfoma.
3. Radioterapi
: dengan menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menyinari bagian tumor untuk
mencapai tujuan membunuh sel tumor
4. Transplantasi
sumsum tulang : Jika penyakit kembali
kambuh setelah remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis
tinggi dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer autologus (dari
diri sendiri) dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit. Karena
kemoterapi dosis tinggi akan merusak sumsum tulang, maka sebelumnya dikumpulkan
dulu sel induk darah perifer atau sumsum tulang.
3.
Limfoma
non-hodgkin
a. Definisi
Limfoma
Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang
lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering
terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma
malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu
limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga
dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid (
misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi
semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar
kekelenjar lain yang akhirnya menyebar
ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
b. Etiologi
Etiologi
belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus EBV, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Terdapat
beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :
Ø Imunodefisiensi
: 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara
lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-telangiectasia.
Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
Ø Agen
infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
Ø Paparan
lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
Ø Diet
dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan
tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.
c. Manifestasi
klinis
Gejala umum
penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
- Pembesaran kelenjar getah bening tanpa
adanya rasa sakit
- Demam
- Keringat malam
- Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
- Gangguan pencernaan dan nyeri perut
- Hilangnya nafsu makan
- Nyeri tulang
- Bengkak pada wajah dan leher dan
daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
- Limphadenopaty
d. Patofisiologi
Perubahan
sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen
pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang
tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya
rangsangan imunogen). Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara
lain:
1).ukurannya
semakin besar,
2).Kromatin
inti menjadi lebih halus,
3).nukleolinya
terlihat,
4).protein
permukaan sel mengalami perubahan.
Beberapa
faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma Hodgkin
dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg,
Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan,
radiasi awalnya menyerang sel limfosit yang ada di kelenjar getah bening
sehingga sel-sel limfosit tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat
dan membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening
(nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal
tumor tersebut dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang. Apabila sel tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi
Limphadenophaty
Dampak
dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel darah merah akan terdesak, jumlah sel
eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu populasi
limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit dibawah
normal yang disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal
itu akan disebut bisitopenia yang
menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala
awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu
tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar
membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang
pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan
menelan.
Pembesaran
kelenjar getah bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ
dan menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat,
nyeri perut, pembengkakan tungkai.
Jika
limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin
lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada
anak – anak, gejala awalnya adalah masuknya sel – sel limfoma ke dalam sumsum
tulang, darah, kulit, usus, otak, dan tulang belekang; bukan pembesaran
kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit
dan gejala neurologis (misalnya delirium, penurunan kesadaran).
Secara
kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah
tidak berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan
seluruh kelenjar getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.
e. Diagnosa
o Anamnesis
dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam,
penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
o Pemeriksaan
laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal, LDH.
Pemeriksaan
Ideal
o Limfografi,
IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT – scan, biopsi
sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi
o Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi. Untuk LH
memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai kriteria
internasional working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah,
sedang dan tinggi
Penentuan
tingkat/stadium penyakit (staging)
o Stadium
ditentukan menurut kriteria Ann Arbor (I, II, III, IV, A, B, E)
o Ada
2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage
f.
Penatalaksanaan
Therapy Medik
·
Konsultasi dengan ahli
onkology medik ( di RS type A dan B)
Limfoma
non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
·
Tanpa keluhan : tidak
perlu therapy
·
Bila ada keluhan dapat
diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari atau
1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.
·
Bila resisten dapat
diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas
Limfona
non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
·
Untuk stadium I B, IIB,
IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama
·
Untuk stadium I A, IE,
IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal
: seperti therapy LH
·
Ideal : Obat kombinasi
cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis
:
·
C : Cyclofosfamide 800
mg/m 2 iv hari I
·
H : Hydroxo – epirubicin
50 mg/ m 2 iv hari I
·
: Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv
hari I
·
P : Prednison 60 mg/m 2
po hari ke 1 – 5
·
Perkiraan selang waktu pemberian
adalah 3 – 4 minggu Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
·
Stadium IA : kemotherapy
diberikan sebagai therapy adjuvant
·
Untuk stadium lain :
kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
·
Minimal : kemotherapynya
seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
·
Ideal : diberi Pro MACE –
MOPP atau MACOP – B Therapy radiasi dan bedah
·
Konsultasi dengan ahli
radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim onkology ( di RS
type A dan B)
4.
Limfadenitis
a. Definisi
Limfadenitis
adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening. Peradangan
tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa
membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya
benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya.
Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunak
dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat.
b. Etiologi
Limfadenitis
bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu bakteri,virus,
protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah
penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae,
jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya,
infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit,
telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious
mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberculosis,
atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau
hanya pada salah satu daerah pada tubuh.
c. Manifestasi
klinis
Kelenjar
getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika diraba terasa lunak
dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam, nyeri tekan, dan
tanda radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat, pembengkakan
ini akan menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan tumor. Dan untuk
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis
maka perlu adanya pengangkatan jaringan untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.
Limfadenitis
pada taraf parah disebut limfadenitis kronis. Limfadenitis ini terjadi ketika
penderita mengalami infeksi kronis, misal pada kondisi ketika seseorang dengan
faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher
(limfadenitis). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat
minimal dan tidak nyeri. Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di
Indonesia adalah akibat tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh
pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras, multiple dan dapat berhubungan
satu sama lain.
Limfadenitis
tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat menjadi besar dan berhubungan
sehingga leher penderita itu bias disebut seperti bull neck. Pada keadaan
seperti ini kadang-kadang sulit
dibedakan dengan limfoma
malignum. Limfadenitis
tuberkulosa diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan
histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru.
d. Patofisiologi
Kelenjar
getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh kita
memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah
sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan
tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari
pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan
mengalir ke kelenjar getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening
akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati
oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel
pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah
bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk
mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran
kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh
yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel
plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan
(neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis),
infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage
(gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening
maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau
penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik
jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar
ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak,
dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai
mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi
lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai
benteng pertahanan tubuh.
Jika
tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah
membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit,
maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar
tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau
keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat
terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat
ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan
jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.
Peningkatan ukuran
kelenjar getah bening disebabkan:
I.
Multiplikasi sel-sel di
dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit, histiosit
II.
Infiltrasi sel dari luar
nodus seperti sel ganas atau neutrofil
III.
Pengeringan infeksi
(misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis dapat terjadi setelah
terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang disebabkan oleh bakteri
seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang juga dapat disebabkan oleh
infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease (Bartonella). Oleh karena
itu, untuk mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama
infeksi yang menyebabkan Limfadenitis.
Limfadenitis
biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas yang bersangkutan dan
pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami pernanahan
sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis spesifik, misalnya oleh
jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau biakan untuk
menetapkan diagnosis.
Pengobatan sesuai
gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan gejala
harus dimulai segera seperti pemberian:
§ Analgesik
(penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
§ Antipiretik
dapat diberikan untuk menurunkan demam
§ Antibiotik
untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
§ Obat
anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
§ Kompres
dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
§ Operasi
mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.
Hindari
pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko sindrom Reye pada
anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa komplikasi dan disebabkan
oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau minggu.
Tata
laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada penyebabnya.
Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh dengan
sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsy kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah bening yang
menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum
dapat ditegakkan.
Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu
:
a. Pengobatan
dilakukan dengan tuberkulositik.bila terjadi abses,perlu dilakukan aspirasi dan
bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan dinding
abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
b. Pembesaran
kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri,
walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat berlangsung mingguan. Pengobatan
pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis) adalah
anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin
dosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic
golongan penicillin dapat diberikan cephalexin dengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis
maksimal 500 mg) 3 kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis maksimal :
500 mg) 3 kali sehari.
c. Bila
penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan obat
anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan obat
2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and Compbell (BTSRCC)
merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam regimen 2RHE/7RH.
5.
Limfangitis
a. Definisi
Limfangitis
adalah suatu peradangan dari saluran limfatik yang terjadi sebagai akibat dari
infeksi pada situs distal ke saluran tersebut. Yang menyebabkan sebagian besar
limfangitis terjadi pada manusia adalah
Streptococcus pyogenes (Grup streptokokus A). Limfangitis juga kadang-kadang
disebut "keracunan darah".
Tanda
dan gejala termasuk kemerahan yang mendalam dari kehangatan limfadenitis kulit
dan perbatasan dibesarkan di sekitar daerah yang terkena. Orang mungkin juga
menggigil dan demam tinggi bersama dengan nyeri sedang dan bengkak. Seseorang
dengan limfangitis harus dirawat di rumah sakit dan diawasi secara ketat oleh
para profesional medis.
Limfangitis
ditemukan dalam bentuk guratan subkutan berwarna merah yang nyeri disepanjang
pembuluh limfe yang terkena, dengan disertai limfadenopati regional. Pembuluh
limfe yang melebar terisi oleh neutrofil dan histiosit. Inflamasi ini meluas ke
dalam jaringan perilimfatik dan dapat berkembang menjadi selulitis atau abses
yang nyata. Keterlibatan limfonodus (limfedenitis akut) pada infeksi ini dapat
menimbulkan septikemia.
b. Etiologi
Pembuluh
getah bening merupakan saluran kecil yang membawa getah bening dari jaringan ke
kelenjar getah bening dan ke seluruh tubuh. Bakteri streptokokus biasanya
memasuki pembuluh-pembuluh ini melalui gesekan, luka atau infeksi (terutama
selulitis) di lengan atau tungkai.
Sistem
getah bening adalah jaringan organ, kelenjar getah bening, saluran getah
bening, dan pembuluh getah bening atau saluran yang menghasilkan dan
memindahkan cairan yang disebut getah bening dari jaringan ke aliran darah.
Limfangitis
umumnya hasil dari akut atau infeksi streptokokus staphylococcal kulit atau
abses di kulit atau jaringan lunak. Infeksi menyebabkan pembuluh getah bening
untuk menjadi bengkak dan sakit.
Limfangitis
mungkin tanda bahwa infeksi semakin parah. Harus meningkatkan kekhawatiran
bahwa bakteri menyebar ke dalam aliran darah, yang dapat menyebabkan masalah
yang mengancam nyawa.
Limfangitis
mungkin bingung dengan bekuan dalam vena ( tromboflebitis ).
Pemeriksaan
darah bisa menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah putih. Organisme
penyebab infeksi hanya dapat dibiakkan di laboratorium bila infeksi sudah
menyebar ke aliran darah atau bila terbentuk nanah pada luka yang terbuka.
c. Manifestasi
klinis
Ø Goresan
merah dari daerah terinfeksi ke ketiak atau pangkal paha
Ø Berdenyut
nyeri di sepanjang daerah yang terkena
Ø Demam
100 sampai 104 derajat Fahrenheit
Ø Panas
dingin
Ø Perasaan
sakit umum
Ø Sakit
kepala
Ø Kehilangan
nafsu makan
Ø Nyeri
otot
d. Patofisiologi
Organisme
patogen memasuki saluran limfatik langsung melalui abrasi atau luka atau
sebagai komplikasi infeksi. Setelah organisme memasuki saluran, peradangan
lokal dan infeksi berikutnya terjadi, yang menyatakan sebagai garis-garis merah
pada kulit. Peradangan atau infeksi kemudian meluas ke proksimal terhadap
kelenjar getah bening regional.
6. Tonsillitis
a. Definisi
Tonsilitis
adalah peradangan dan pembengkakan pada tonsil - suatu kumpulan jaringan getah
bening di dalam rongga mulut yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi
yang masuk melalui hidung, mulut, atau tenggorokan.
Tonsilitis
dapat bersifat akut maupun kronis. Bentuk tonsilitis akut yang belum parah
biasanya berlangsung selama 4-6 hari dan cenderung menyerang anak-anak berusia
5-10 tahun. Pengobatan yang kurang tepat, disertai dengan daya tahan tubuh yang
lemah, dapat menyebabkan tonsilitis semakin parah dan menjadi tonsilitis
kronis.
Pada
tonsilitis kronis, serangan terjadi berulang-ulang dan dalam kurun waktu yang
lama. Jika sudah demikian, diperlukan tindakan pembedahan (tonsilektomi)
sebagai pengobatan yang paling efektif.
b. Etiologi
Tonsilitis
umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dari kelompok A streptokokus beta
hemolitik. Infeksi tersebut dapat menular melalui sekret hidung maupun ludah.
Selain itu, dapat disebabkan juga oleh bakteri lain, virus, atau dari oral
anaerob.
c. Manifestasi
klinis
Tanda
dan gejala tonsilitis akut biasanya dimulai dengan sakit tenggorokan ringan
hingga menjadi parah. Pada saat itu, anak kecil akan mengeluh kesakitan pada
bagian tenggorokannya dan sulit menelan makanan. Tanda-tanda lainnya adalah:
-
Tonsil yang bengkak
-
Banyak berkeringat
-
Mengorok atau sulit
bernafas pada saat tidur
-
Seluruh badan terasa
sakit dan lemas
-
Suara sengau atau ‘bindeng’
-
Sakit kepala dan telinga
-
Demam
-
Bau mulut
Tanda-tanda ini
umumnya berlangsung selama 72 jam.
Sedangkan
gejala tonsilitis kronis adalah sakit tenggorokan yang terus kambuh dan dalam
kurun waktu yang panjang, diikuti dengan keluarnya nanah pada lekukan tonsil.
Selain membengkak dan memerah, pada permukaan tonsil muncul bintik-bintik
berwarna putih kekuningan karena telah terjadi abses.
d. Patofisiologi
Bakteri
atau virus pada awalnya masuk melalui mulut atau hidung dan melewati saluran
pernafasan bagian atas. Tonsil yang berperan sebagai filter dan alat pertahanan
tubuh bereaksi dengan mengirimkan sel darah putih untuk menyerang bakteri dan
virus tersebut.
Saat
serangan bakteri dan virus sangat kuat, hingga dapat masuk ke jaringan tonsil,
maka terjadilah peradangan dan pembengkakan tonsil. Peradangan ini menyebabkan
ukuran tonsil membesar dan mempersempit ruang tenggorokan sehingga akan
mengganggu pernafasan ataupun menimbulkan rasa sakit saat menelan makanan.
Tonsil
yang meradang biasanya membentuk eksudat (cairan radang) yang terlihat seperti
kotoran putih kekuningan di permukaan tonsil. Kotoran itu berisi sel darah
putih, bakteri yang mati, dan lapisan epitel tonsil yang lepas akibat serangan
bakteri tersebut.
e. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Nursalam, 2006).
Diagnosa
keperawatan menurut (Doenges, 2000), pada pasien tonsilitis adalah :
§ Nyeri
akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.
§ Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
§ Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
§ Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.
§ Ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
§ Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi: rasa
sakit pada jaringan tonsil
f.
Penatalaksanaan
v Memberi
cairan adekuat atau diet ringan. Hindari minuman dingin dan perbanyak minum air
hangat.
v Menghindari
makanan yang mengandung banyak bahan pengawet atau pemanis buatan karena akan
membuat peradangan semakin parah.
v Mengompres
dengan air hangat untuk menurunkan demam
v Istirahat
yang cukup, kurangi aktivitas sehari-hari
v Tindakan
lain yang disesuaikan dengan gejala yang mengikuti, misalnya jika terjadi
kesulitan dalam bernafas, dapat diberikan oksigen atau nasopharyngeal air way.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem limfatik adalah jaringan jaringan
dan organ yang terutama terdiri dari pembuluh getah bening, kelenjar getah
bening dan kelenjar getah. Amandel, kelenjar gondok, limpa dan timus adalah
bagian dari sistem limfatik.
Fungsi utama dari sistem limfatik adalah
untuk mengangkut getah bening, yang jernih, cairan tidak berwarna yang
mengandung sel-sel darah putih yang membantu membersihkan tubuh dari racun,
limbah dan bahan yang tidak diinginkan lainnya. Limfatik berasal dari kata
Latin lymphaticus, yang berarti “terhubung ke air,” sebagai getah bening
jernih.
Penyakit yang ada pada sistem limfatik
diantaranya:
1. Limfedema
2. Limfoma
Hodgkin,
3. Limfoma
non-hodgkin
4. Limfadenitis
5. Limfangitis
6. Tonsillitis
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan
dapat membantu kita dalam proses pembelajaran dan semoga bisa menambah ilmu
tentang penyakit pada sistem limfatik lebih mendalam dan bisa diterapkan
kedunia kesehatan khususnya dunia keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.sridianti.com/gangguan-penyakit-sistem-limfatik.html
https://hellosehat.com/penyakit/limfedema-adalah-obstruksi-limfatik/
https://www.alodokter.com/limfedema
http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/limfedema.html?m=1
https://studyoninternet.blogspot.com/2022/08/Penyakit-Sistem-Limfatik.html
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/lymphedema/patofisiologi
https://www.alodokter.com/limfoma-hodgkin
https://www.sehatfresh.com/
https://www.sehatfresh.com/
https://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/limfedema.html
https://arijal-ridz-arti.blogspot.com/2013/06/limfadenitis.html
https://odasunrisenurse.blogspot.com/2011/05/tonsilitis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar