Macam Macam Penyakit Pada Sistem Kardiovaskular

 

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan system kardiovaskular?

2. Apa saja penyakit yang ada pada system kardiovaskular?

3. Bagaimana ciri-ciri dan gejala yang penyakit yang ada pada system kardiovaskular?

 

Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan system kardiovaskular

2. Mengetahui dan memahami apa saja penyakit yang ada pada system kardiovaskular

3. Mengetahui ciri-ciri dan gejala yang penyakit yang ada pada system kardiovaskular


Macam Macam Penyakit Pada Sistem Kardiovaskular

1. Serangan Jantung  

A. Pengertian

Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah yang kaya akan oksigen tiba-tiba terhambat ke otot jantung, sehingga jantung tidak mendapat oksigen.  Jika aliran darah tidak dipulihkan dengan cepat, bagian dari otot jantung akan mulai mati. Kondisi ini, juga disebut dengan infark miokard, adalah kejadian gawat darurat yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secepatnya.

Serangan jantung adalah kondisi yang sangat umum terjadi dan menjadi salah satu dari banyak penyebab kematian bagi pria maupun wanita. Wanita di atas usia 55 dan pria di atas usia 45 tahun lebih berisiko terkena serangan jantung.

b. Penyebab

Serangan jantung adalah kondisi yang bisa disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Kondisi ini muncul ketika zat lilin yang disebut plak menumpuk di dalam arteri koroner. Arteri inilah yang menyalurkan darah yang kaya akan oksigen ke jantung. Saat plak menumpuk di dalam arteri selama bertahun-tahun, kondisi ini disebut juga dengan aterosklerosis. Pada akhirnya, area plak itu sendiri dapat pecah (terbuka) di dalam arteri dan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah pada permukaan plak.

Penyebab lain terjadinya serangan jantung tapi kurang umum adalah spasme hebat (penyempitan) pada arteri koroner yang memotong aliran darah. Spasme dapat terjadi di arteri koroner yang tidak terpengaruh oleh aterosklerosis. Kondisi ini biasanya terjadi karena penggunaan rokok atau obat-obatan terlarang seperti kokain.Di samping itu, serangan jantung dapat juga terjadi karena adanya robekan di arteri jantung (pemotongan arteri koroner secara spontan).

 

c. Manisfetasi Klinis

Serangan jantung adalah kondisi yang gejalanya cukup bisa dirasakan. Dada terasa nyeri seperti tertimpa benda berat (dari sedang hingga parah) adalah gejala yang paling umum. Rasa sakit juga dapat terjadi di rahang, pundak atau lengan (terutama lengan sebelah kiri). Rasa nyeri sering kali digambarkan seperti diremas, berat, atau tertekan. Gejala lain yang termasuk:

·         Berkeringat

·         Napas pendek

·         Tekanan jantung yang cepat atau tidak beraturan

·         Mual

·         Gangguan pencernaan

 

d. Patoisiologi

Otot jantung membutuhkan pasokan konstan darah yang kaya oksigen untuk menjaga agar otot jantung tetap bekerja. Arteri koroner jantung mensuplai darah untuk otot jantung. Jika Anda memiliki penyakit arteri koroner, arteri menjadi sempit dan darah tidak dapat mengalir serta sebagaimana mestinya. Lemak, kalsium, protein, dan sel-sel inflamasi terbangun di dalam dinding arteri untuk membentuk plak dengan ukuran yang berbeda. Endapan plak keras di luar dan lembut serta lembek di dalam.

Ketika plak menebal, bagian luar plak pecah, trombosit (partikel yang berbentuk cakram dalam darah yang membantu pembekuan) dan gumpalan darah terbentuk di sekitar plak. Jika gumpalan darah menyumbat arteri secara total, otot jantung menjadi ‘kelaparan’ oksigen. Dalam waktu singkat, kematian sel-sel otot jantung terjadi, menyebabkan kerusakan permanen yang pada akhirnya menyebabkan serangan jantung.

Meskipun tidak biasa, serangan jantung juga bisa disebabkan oleh spasme/kejang arteri koroner. Selama kejang koroner, arteri koroner menjadi kaku, mengurangi suplai darah ke otot jantung (iskemia). Ini dapat terjadi saat istirahat, dan bahkan dapat terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang signifikan.

Setiap arteri koroner memasok darah ke otot jantung. Jumlah kerusakan pada otot jantung tergantung pada ukuran area yang disuplai oleh arteri yang tersumbat, durasi cedera dan pengobatan. Penyembuhan otot jantung dimulai segera setelah serangan jantung dan memakan waktu sekitar delapan minggu.

Sama seperti luka kulit, menyembuhkan luka jantung dan bekas luka akan terbentuk di daerah yang rusak. Tapi, jaringan parut yang baru di otot ini tidak akan berkontraksi. Jadi, kemampuan memompa jantung berkurang setelah Anda terkena serangan jantung. Jumlah kemampuan memompa yang hilang tergantung pada ukuran dan lokasi bekas luka.

 

e. Diagnosa

·         EKG (elektrokardiogram) dapat memberitahu berapa banyak kerusakan yang terjadi ke otot jantung dan di mana kerusakan itu terjadi. Selain itu, denyut jantung dan irama juga dapat dipantau dengan alat ini.

·         Tes darah. Darah dapat diambil untuk mengukur kadar enzim jantung yang mengindikasikan kerusakan otot jantung. Enzim ini biasanya ditemukan di dalam sel-sel hati dan diperlukan untuk fungsi organ tersebut. Ketika sel-sel otot jantung Anda terluka, enzim akan dilepaskan ke dalam aliran darah Anda. Dengan mengukur kadar enzim ini, dokter dapat menentukan ukuran serangan jantung dan kapan serangan jantung mulai. Selain itu, tes darah ini juga dapat mengukur kadar troponin. Troponin adalah protein yang ditemukan dalam sel-sel jantung yang dilepaskan ketika otot jantung rusak oleh kurangnya suplai darah ke jantung. Mendeteksi troponin dalam darah dapat menunjukkan serangan jantung.

·         Echocardiograf adalah tes pencitraan yang dapat digunakan selama dan setelah serangan jantung untuk mempelajari bagaimana jantung memompa dan bidang apa tidak memompa secara normal. ‘Echo’ juga dapat memberitahu jika ada struktur jantung (katup, septum, dll) telah terluka selama serangan jantung.

·         Kateterisasi jantung atau biasa juga  disebut cath jantung, dapat digunakan selama jam pertama serangan jantung jika obat tidak menghilangkan iskemia atau gejala. Cath jantung dapat digunakan untuk langsung memvisualisasikan arteri yang tersumbat dan membantu dokter menentukan prosedur yang diperlukan untuk mengobati penyumbatan.

Kadang-kadang, serangan jantung tiba-tiba menyerang para atlet yang tampaknya sehat. Dalam kasus ini, sering ternyata bahwa atlet memiliki kondisi yang tidak terdiagnosis, seperti kardiomiopati. The American Heart Association merekomendasikan tes skrining EKG 12-lead bersama dengan pemeriksaan fisik. Elektrokardiogram (EKG) juga dapat mengidentifikasi kondisi jantung yang dapat menempatkan orang pada risiko serangan jantung. Menemukan masalah tersebut sedari dini dapat mencegah kejadian serangan jantung mendadak.

 

f. Intervensi

Tindakan minimal invasif yang harus dilakukan segera dalam waktu kurang dari 12 jam sejak terjadinya serangan jantung. Tindakan ini dilakukan di ruang kateterisasi oleh dokter jantung konsultan intervensi dan didukung oleh tim perawat yang berpengalaman.

PPCI menggunakan bius lokal,dan biasanya dilakukan melalui pembuluh darah di pergelangan tangan atau paha. Pasien sadar penuh selama prosedur dan bisa berkomunikasi dengan dokter setiap saat. Segera setelah ditemukan adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner, dokter akan memasang stent atau ring.

Durasi dari tindakan ini berkisar 1 jam hingga 2 jam, tergantung dari beratnya sumbatan yang ditemukan. Setelah dilakukan pemasangan stent atau ring, pasien akan dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) untuk pemantauan lebih lanjut.

 

g. Penatalaksanan

               Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas. Kedua mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius seperti payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris, aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan kematian mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV. Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus tachycardia. Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan sinus bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan perlahan-lahan .

               Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia dan tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai. Dosis kecil B-Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa pemberian B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat mengurangi luasnya infark (1,4,7,12) Nitrat baik sublingual maupun transdermal dapat dipakai bila sakit dada pada hari-hari pertama. Nifedipin,C-antagonist yang sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme koroner, khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang.

 

2. Gagal Jantung

a. Pengertian

Gagal jantung (istilah medis Heart Failure) merupakan suatu keadaan yang terjadi saat jantung gagal memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk mencukupi kebutuhan metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung dapat bekerja dengan baik hanya bila tekanan pengisian (ventricular filling) dinaikkan. Gagal jantung juga merupakan suatu keadaan akhir (end stage) dari setiap penyakit jantung, termasuk aterosklerosis pada arteri koronerinfark miokardium, kelainan katup jantung, maupun kelainan kongenital.

Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawat akan menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Perawatan pertama utama untuk gagal jantung adalah cardiopulmonary resuscitation. Gagal jantung dapat akut, misalnya setelah serangan jantung atau dapat juga terjadi secara perlahan-lahan. Gagal jantung dapat terindikasi dari adanya pernafasan yang pendek, kesulitan untuk rebah mendatar, terbangun tanpa nafas pada malam hari, kaki yang bengkak, dan sering berkemih pada malam hari. Banyak sebab terjadinya gagal jantung, seringkali karena suatu serangan jantungtekanan darah tinggi atau adanya problem pada katup-katup jantung. Kebanyakan penderita gagal jantung perlu obat berkemih (diuretic) dan obat-obat lainnya seperti ACE inhibitor, dan statin. Beberapa penderita gagal jantung lainnya perlu pacu jantung agar jantung bekerja lebih baik, tetapi alat pacu jantung harus ditala secara berkala (biasanya 6 bulan sekali).

 

b. Penyebab

  • Kerusakan pada katup jantung.
  • Penyakit jantung koroner.
  • Gangguan pada otot jantung.
  • Gangguan ritme jantung (aritma).
  • Tekanan darah tinggi.
  • Diabetes.
  • Cacat jantung sejak lahir.
  • Anemia.
  • Radang otot jantung.
  • Kondisi kelenjar tiroid yang terlalu aktif.

 

c. Menisfetasi Klinis

Pasien dengan gagal jantung biasanya muncul dengan keluhan sesak, mudah  lelah, berkeringat banyak walaupun tidak beraktivitas berat (diaphoresis), terbangun pada malam hari karena sesak (Paroxysmal nocturnal dyspnea), nyeri dada sebagai keluhan awal, bengkak di daerah kaki, ketidaknyamanan di perut atas bagian kanan.

 

d. Patofisiologi

Patofisiologi utama gagal jantung adalah  pengurangan efisiensi otot jantung, melalui kerusakan atau kelebihan beban. Dengan demikian, itu dapat disebabkan oleh sejumlah besar kondisi, termasuk infark miokard (di mana otot jantung kekurangan oksigen dan mati), hipertensi (yang meningkatkan kekuatan kontraksi yang diperlukan untuk memompa darah) dan amiloidosis (di mana salah lipatannya protein disimpan dalam otot jantung, menyebabkannya menjadi kaku). Seiring waktu peningkatan beban kerja ini akan menghasilkan perubahan pada jantung itu sendiri:

Patofisiologi gagal jantung

Perbandingan jantung yang sehat dengan otot yang berkontraksi (kiri) dan jantung yang lemah dengan otot yang melar (kanan).

Sistem biologis

Sistem kardiovaskular

Kesehatan

Berbahaya

Jantung seseorang dengan gagal jantung mungkin memiliki kekuatan kontraksi yang berkurang karena kelebihan ventrikel . Pada jantung yang sehat, peningkatan pengisian ventrikel menghasilkan peningkatan kekuatan kontraksi (oleh hukum jantung Frank-Starling ) dan dengan demikian peningkatan curah jantung . Pada gagal jantung, mekanisme ini gagal, karena ventrikel penuh dengan darah ke titik di mana kontraksi otot jantung menjadi kurang efisien. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya aktin dan filament myosin pada otot jantung yang berlebian.

 

e. Diagnosa

Diagnosa berdasarkan gejala-gejala di atas, pemeriksaan jantung, pembuluh darahparu-paru, pembengkakan hati dan pembengkakan kaki (edema). Tes lainnya untuk meyakinkan diagnosa adalah rontgen paru-paru (ada cairan atau tidak), echocardiogram (USG jantung) dan pemeriksaan darah. Gagal jantung hanya dapat di atasi dengan transplantasi jantung, yang termasuk jarang dilakukan.

f. Intervensi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler

 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium

6. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunya curah jantung

7. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

 

g. Penatalaksanaan

            Tujuan pengobatannya adalah sebagai berikut.

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2. Meningkatkan kekuatan dan eisiensi kontaktilis miokardium dengan preparat farmakologi.

3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi anti diuretic, diet, dan istirahat.

 

3. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau yang juga disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi di mana tekanan darah berada pada angka di atas 120/80 mmHg. Biasanya penderitanya banyak ditemui pada kisaran usia dewasa hingga lanjut usia. Namun tidak menutup kemungkinan jika kondisi ini bisa menyerang siapa saja.

Tekanan darah bisa dikatakan normal apabila tekanannya pada angka yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jika tekanannya di atas angka normal yaitu 120/80, maka bisa dikatakan jika orang tersebut mengalami tekanan darah tinggi. 

Saat terjadi tekanan darah tinggi, maka organ jantung akan dipaksa untuk memompa darah dengan kondisi yang lebih keras lagi. Di mana jika kondisi ini terjadi, maka akan mengakibatkan adanya gangguan kronis lainnya, misalnya saja seperti gagal jantung, gangguan pada sistem ginjal, hingga kemungkinan untuk terjadinya stroke.

Menurut keterangan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa semua orang berpotensi dan memiliki risiko untuk mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan menurut data yang telah ada, penderita tekanan darah tinggi akan terus mengalami peningkatan. Bahkan angkanya bisa melonjak tajam hingga 29% di tahun 2025.

Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar 90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).

 

b. Penyebab

Ada dua jenis yang menyebabkan hipertensi. Berikut ini dua jenis penyebab tekanan darah tinggi yang memiliki penyebab berbeda:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial. Jenis penyebab hipertensi ini berkembang dari waktu ke waktu tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Kebanyakan orang memiliki jenis tekanan darah tinggi.

Para peneliti masih belum jelas mekanisme apa yang menyebabkan tekanan darah meningkat secara perlahan. Kombinasi faktor dapat berperan. Faktor-faktor ini termasuk:

·         Gen: Beberapa orang secara genetik cenderung mengalami hipertensi. Ini mungkin dari mutasi gen atau kelainan genetik yang diwarisi dari orang tua.

·         Perubahan fisik: Jika sesuatu dalam tubuh berubah, Anda mungkin mulai mengalami masalah di seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi mungkin menjadi salah satu masalah itu. Misalnya, diperkirakan perubahan fungsi ginjal karena penuaan dapat mengganggu keseimbangan garam dan cairan alami tubuh. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan darah tubuh meningkat.

·         Lingkungan: Seiring waktu, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk dapat berdampak buruk pada tubuh Anda. Pilihan gaya hidup dapat menyebabkan masalah berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko hipertensi.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder sering terjadi dengan cepat dan bisa menjadi lebih parah daripada hipertensi primer. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder meliputi:

·         Sleep apnea obstruktif

·         Penyakit ginjal

·         Cacat jantung bawaan

·         Masalah dengan tiroid

·         Efek samping obat

·         Penggunaan obat-obatan terlarang

·         Penyalahgunaan alkohol atau penggunaan kronis

·         Masalah kelenjar adrenal

·         Tumor endokrin tertentu

 

c. Manisfetasi Klinis

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:

·         Sakit kepala parah

·         Pusing

·         Penglihatan buram

·         Mual

·         Telinga berdenging

·         Kebingungan

·         Detak jantung tak teratur

·         Kelelahan

·         Nyeri dada

·         Sulit bernapas

·         Darah dalam urin

·         Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

 

 

d. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan  peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

 

e. Diagnosis

Pengukuran tekanan darah dalam takaran merkuri per milimeter (mmHG) dan dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi (fase relaksasi) . Anda dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika hasil dari beberapa kali pemeriksaan, tekanan darah Anda tetap mencapai 140/90 mmHg keatas.

f. Intervensi

·         Mengonsumsi makanan sehat.

·         Mengurangi konsumsi garam dan kafein.

·         Berhenti merokok.

·         Berolahraga secara teratur.

·         Menurunkan berat badan, jika diperlukan.

·         Mengurangi konsumsi minuman keras.

 

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah: 1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih). 2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin). 3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). 4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). 5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam). 6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium. 7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

 

4. Penyakit Jantung Bawaan

a. Pengertian

Penyakit jantung bawaan atau kelainan jantung kongenital merupakan suatu kondisi kelainan jantung pada bayi sejak dalam kandungan dan terjadi pada sekitar 1 dari setiap 100 kelahiran. Beberapa jenis penyakit jantung kongenital yang paling umum meliputi:

·         Defek septum atrium (ASD) dan Defek septum ventrikel (VSD). Kondisi kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang pada dinding jantung (septum) yang memisahkan atrium kanan dan kiri.

·         Patent ductus arteriosus (PDA). Kondisi dimana ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) gagal menutup setelah bayi lahir.

Kelainan jantung kongenital merupakan jenis cacat lahir yang menyebabkan masalah pada jantung bayi sejak masih dalam kandungan. Penyebabnya pun sebagian besar tidak diketahui. Meski begitu para ahli menduga faktor lingkungan seperti ibu yang merokok atau terpapar asap rokok, mengonsumsi alkohol, mengalami infeksi saat kehamilan (seperti virus TORCH) atau mengonsumsi obat-obatan tertentu di luar resep dokter memiliki andil sebesar 3% dari terjadinya kondisi ini.

 

b. Penyebab

Penyakit jantung bawaan terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung saat janin berada di dalam kandungan.

Secara umum, struktur jantung manusia dibagi menjadi empat ruang, yaitu 2 serambi jantung (atrium) dan 2 bilik jantung (ventrikel), masing-masing terbagi kanan dan kiri. Atrium dan ventrikel kanan jantung berfungsi menerima darah dari seluruh tubuh dan memompa darah ke paru-paru. Setelah mengikat oksigen di paru-paru, darah lalu kembali jantung, yaitu ke atrium dan ventrikel kiri. Selanjutnya, ventrikel kiri jantung akan memompa darah yang kaya akan oksigen tadi ke seluruh tubuh melalui aorta.

Bagi penderita penyakit jantung bawaan, putaran darah ini dapat terganggu dikarenakan adanya struktur jantung yang abnormal, termasuk struktur katup, ruang jantung, septum (dinding penyekat yang memisahkan ruang jantung), serta arteri.

Hingga saat ini, belum ada yang dapat memastikan apa penyebab utama gangguan pembentukan jantung tersebut, khususnya pada minggu ke-5 masa kehamilan, atau saat proses pembentukan jantung terjadi. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:

·         Genetika, yang diturunkan baik dari salah satu atau kedua orang tua, atau anggota keluarga lainnya. Penyakit jantung bawaan juga dapat dialami pada anak yang lahir dengan sindrom Down, sindrom Turner, dan sindrom Noonan.

·         Diabetes. Sebanyak 3-6% wanita yang menderita diabetes tipe 1 dan 2 berpotensi melahirkan bayi dengan kelainan jantung, khususnya pada bagian arteri. Hal ini terjadi dikarenakan tingginya kadar insulin dalam darah yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.

·         Alkohol. Wanita hamil yang mengonsumsi minuman alkohol berlebih berpotensi melahirkan bayi dengan kelainan struktur arteri atau ventriklel jantung. Selain itu, paparan alkohol yang terdapat pada kosmetik seperti cat dan pembersih kuku, atau pada lem serta produk lainnya, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

·         Flu. Meskipun penjelasannya secara medis belum dipastikan, terdapat beberapa kasus dimana wanita hamil yang mengalami flu pada trimester pertama, dua kali lebih berisiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung. Dalam hal ini, vaksinasi flu sangat disarankan.

·         Infeksi rubella atau campak Jerman. Infeksi virus ini berisiko membahayakan pertumbuhan janin jika dialami oleh wanita yang hamil pada 8-10 minggu pertama kehamilan, termasuk organ jantung.

·         Merokok. Enam puluh persen kasus bayi dengan penyakit jantung bawaan dipicu oleh kandungan rokok yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.

·         Obat-obatan. Obat antikejang, obat anti jerawat, dan ibuprofen yang dikonsumsi tanpa petujuk dokter dapat membahayakan pertumbuhan janin, khususnya pada trimester pertama kehamilan.

 

c. Menisfetasi Klinis

Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.1 a. Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB. b. Sianosis. Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah. Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujungujung jari. c. Toleransi latihan. Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang. Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas 157 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000 menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan. d. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak. e. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.

 

d. Patofisiologis

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013). Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menim- bulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hiper- 6 tropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan teka- nan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli mem- besar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan per- kembangan (Irnizarifka, 2011).

 

e. Diagnosa

Pemeriksaan jantung janin bisa dilakukan sejak usia kehamilan 5 minggu, dan dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan rutin menggunakan ultrasonografi (USG). Saat usia kehamilan sudah memasuki 18-22 minggu, dapat dilakukan pemeriksaan struktur anatomi jantung lebih mendalam melalui ekokardiografi janin, walau terkadang tes ini tidak dapat mendeteksi adanya kelainan jantung tertentu. Pemeriksaan ini biasa disarankan jika terdapat keluarga dengan riwayat kesehatan serupa.

Saat bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan dan jika ditemukan gejala seperti kulit yang membiru (sianosis) atau gejala lainnya yang mungkin muncul setelah pasien mencapai umur remaja atau dewasa, dokter akan menyarankan serangkaian pemeriksaan, seperti:

Ekokardiografi. Tes rekam jantung untuk memeriksa struktur dan gelombang suara ultrasonik pada jantung yang tidak dapat terdeteksi saat masa kehamilan.

Transesophageal echocardiography (TEE). Tes lanjutan yang dilakukan jika hasil ekokardiografi tidak mampu mendeteksi masalah yang dialami penderita. Tes ini menggunakan alat ultrasonografi khusus yang dimasukkan ke dalam kerongkongan dengan bantuan kateter. Pasien akan diberikan suntikan sedatif sebelum metode ini dilakukan.

Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan fungsi jantung melalui aliran listrik dan pancaran sinyal jantung.

Foto Rontgen. Umumnya dilakukan pada bagian paru dan jantung untuk mengukur banyaknya darah di dalam paru dan ukuran anatomi jantung.

CT scan dan MRI. Tes pemindaian yang dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung secara mendalam, mulai dari struktur hingga aliran darah.

Stress testyaitu pemeriksaan kondisi jantung, seperti tekanan darah, kecepatan dan irama detak jantung, serta kadar oksigen, saat pasien berolahraga. Tes ini umumnya dilakukan di atas treadmill atau sepeda statis dan direkam dengan alat EKG.

 Pulse oximeter. Tes yang menggunakan alat dengan sensor khusus yang dipasang di ujung kuku tangan, jempol kaki, atau telinga untuk mengukur kadar oksigen dalam darah.

Kateterisasi jantung. Tes yang berfungsi untuk memeriksa aliran darah dan tekanan darah dalam jantung ini dilakukan dengan memasukkan kateter dan cairan perwarna khusus melalui pembuluh darah kunci paha, lengan atau leher, dan dipantau melalui mesin pemindaian sinar-X. Dokter akan memberikan suntikan anestesi lokal sebelum tindakan ini dilakukan.

 

f. Intervensi

PDA (Patent Ductus Arteriosus
PDA adalah kelainan pada saluran yang menghubungkan antara pembuluh darah yang ada di jantung (aorta dan arteri pulmonalis). PDA menempati 5-19 persen porsi kasus PJB yang ada dan lebih sering ditemukan pada anak perempuan. 

Saat ini pengobatan PDA dengan prosedur intervensi (transcatheter closure) sudah merupakan metode terpilih sejak dekade terakhir. Kecuali bila ukuran PDA tidak sesuai, misalnya terlalu besar atau terjadi pada bayi-bayi kecil, termasuk bayi baru lahir. 

PDA memerlukan penutupan untuk menghindari terjadinya gagal jantung. Penutupan dilakukan dengan menggunakan perangkat (Coils dan Amplatzer Duct Onccluder) melalui prosedur seperti kateterisasi jantung biasa. Banyak studi yang dilakakukan di pusat-pusat pelayanan jantung diseluruh dunia menunjukkan bahwa prosedur penutupan PDA tanpa operasi ini sangat efektif dengan tingkat keberhasilan sampai 99%. 

ASD (Atrial Septal Defects
ASD sekitar 19% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Sering kali tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi bila sudah parah anak akan menunjukkan gejala sesak napas, cepat lelah dan exercise intolerance (kemampuan beraktivitas) menurun. Dulu, ASD harus dikoreksi dengan tindakan bedah menggunakan prosedur operasi terbuka (open heart surgery), dengan mesin paru-jantung, yang tentu saja mempunyai risiko yang tidak kecil. 
Kini, teknik penutupan ASD tanpa operasi dengan menggunakan perangkat (transcatheter closure) merupakan salah satu pilihan yang sudah banyak dikerjakan di seluruh dunia dengan hasil yang sangat memuaskan. Penutupan ASD dengan menggunakan Amplatzer Septal Occluder (ASO) telah banyak dilaporkan menunjukkan efektivitas yang tinggi dan aman. 

VSD (Ventricular Septal Defects
Merupakan jenis PJB yang paling sering ditemukan pada anak dengan persentasi sekitar 20%-25%. VSD dapat menimbulkan peningkatan aliran darah menuju paru-paru sehingga dapat menyebabkan timbulnya gagal jantung. Penutupan VSD dengan prosedur intervensi menggunakan Amplatzer Ventricle Occluder (AVO) merupakan suatu alternatif pengobatan tanpa operasi. 

Penutupan VSD dengan menggunakan AVO cukup efektif dan aman, namun perlu diwaspadai terjadinya komplikasi yang berupa terhambatnya aliran pembuluh darah secara total pada atrioventricular (AV block). Komplikasi ini dapat terjadi akibat pemasangan perangkat AVO dengan ukuran yang lebih besar daripada ukuran defeknya (kelainannya). 

 

g. Penatalaksanaan

Tatalaksana pada penyakit jantung bawaan adalah tatalaksana korektif. Koreksi dapat dilakukan dengan tindakan bedah, karena itulah pasien dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke kardiologis atau dokter bedah jantung untuk dilakukan tindakan korektif maupun paliatif.

Pencegahan penyakit jantung bawaan adalah dengan menurunkan insidensi penyakit jantung bawaan per kelahiran hidup. Pencegahan harus dilakukan sejak pra konsepsi karena jantung langsung mulai berkembang di awal kehamilan. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui modifikasi maternal, baik pada wanita yang merencanakan kehamilan atau sedang hamil.

 

5. Kebocoran Jantung


a. Pengertian

Jantung bocor adalah kelainan bawaan atau kongenital yaitu masalah pada struktur jantung yang sudah ada sejak lahir sehingga akan mengubah aliran normal darah melalui jantung.

Seperti kita ketahui secara garis besar jantung kita memiliki dua sisi (kanan-kiri), dipisahkan oleh dinding atau sekat bagian dalam yang disebut septum. Jantung sebelah kanan menerima darah miskin oksigen dari tubuh dan memompanya ke paru-paru. Sedangkan Jantung sebelah kiri menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke seluruh tubuh.

Septum atau sekat antar jantung mencegah pencampuran darah antara kedua sisi jantung tersebut. Namun, beberapa bayi dilahirkan dengan lubang di septum bagian atas atau bawah dan kondisi inilah yang disebut dengan jantung bocor.

Seperti kita ketahui jantung memiliki 4 ruangan, jantung sebelah kanan masing-masing memiliki 2 ruangan (serambi di atas dan bilik di bawah), begitu juga dengan jantung sebelah kiri memiliki serambi dan bilik. Jika terdapat lubang atau kebocoran di septum antara dua serambi atas jantung maka disebut sebagai defek septum atrium (ASD = atrial septal defect). Sedangkan apabila terdapat lubang atau kebocoran di septum antara dua bilik jantung maka disebut defek septum ventrikel (VSD = vertricular septal defect).

Dengan adanya kebocoran pada jantung baik itu ASD atau VSD maka darah dari sisi kiri jantung dapat masuk ke sisi kanan. Dengan demikian, darah yang kaya oksigen bercampur dengan darah yang miskin oksigen. Akibatnya, beberapa darah kaya oksigen dipompa ke paru-paru bukan ke tubuh.

Selama beberapa dekade terakhir, diagnosis dan pengobatan jantung bocor sudah telah sangat canggih sehingga Anak-anak yang memiliki penyakit jantung bawaan sederhana dapat bertahan hidup sampai dewasa.

 

b. Penyebab

·         Faktor keturunan memliki peran dalam beberapa kelainan jantung bawaan. Misalnya, orang tua yang memiliki cacat jantung bawaan sedikit lebih mungkin dibandingkan orang tua yang sehat.

·         Anak-anak yang memiliki kelainan genetik, seperti sindrom Down, sering memiliki kelainan jantung bawaan. Bahkan 50% bayi dengan sindrom Down memiliki kelainan jantung bawaan.

·         Merokok selama kehamilan juga telah dikaitkan dengan beberapa penyakit jantung bawaan, termasuk jantung bocor.

·         Hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari penyebab jantung bocor.

 

 

c. Menisfetasi Klinis

                        Bayi yang lahir dengan cacat septum atrium (ASD) kebanyakan tidak memiliki tanda-tanda atau gejala yang jelas. Namun, ketika mereka tumbuh, anak tersebut dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan bila katub tidak menutup dengan sempurna.

Pada gejala jantung bocor, dengan lubang septum kecil biasanya tidak memiliki gejala. Gejala jantung bocor tipe ASD yang sering ditemukan adalah murmur. murmur jantung adalah suara tambahan atau terdapat suara yang tidak normal saat jantung berdetak.

Jika Kebocoran jantung ASD besar dan tidak diperbaiki, aliran darah ekstra ke jantung kanan dapat merusak jantung itu sendiri dan paru-paru dan dapat menyebabkan gagal jantung. Keluhan biasanya dirasakan saat beraktivitas.  Beberapa keluhan yang dirasakan dirasakan diantaranya berupa Sindroma Eisenmenger

·         Warna kebiruan (sianosis)

·         Kuku yang membesar dan berbentuk bulat

·         Mudah Lelah dan sesak saat beraktivitas

·         Sesak saat istirahat

·         Denyut jantung meningkat (palpitasi)

·         Pingsan (sinkop)

·         Batuk berdarah

·         Pusing

 

d. Patofisiologi

Proses pembentukan jantung janin terjadi pada masa awal pembuahan (konsepsi), bahkan sebelum si ibu sadar dirinya tengah hamil. Formasi jantung ini telah sempurna pada akhir masa trimester pertama kehamilan. Pada kasus jantung bocor, sirkulasi darah kotor mengalir ke sirkulasi darah bersih sehingga bayi menjadi biru. Bila terlalu banyak darah kotor beredar ke sirkulasi darah bersih dan memasuki organ-organ penting seperti otak, maka bisa terjadi sesak napas, disertai kejang, bahkan kematian.

 

e. Diagnosa

Jika seorang anak didiagnosis dengan atrial septal defect, penyedia layanan kesehatan mungkin dapat memantau untuk sementara waktu untuk melihat apakah lubang dapat menutup dengan sendirinya.

Atrial septal defect mungkin tidak memerlukan pengobatan jika hanya ada sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali, atau jika cacat kecil dan tidak terkait dengan kelainan lainnya. Namun jika cacat menyebabkan sejumlah besar pencampuran darah, jantung bengkak, atau gejala-gejala lain yang muncul, anak-anak Anda mungkin memerlukan pengobatan.

 

f. Intervensi

·         Dokter mungkin akan mendengar detak jantung yang tidak normal saat memeriksa dada penderita dengan stetoskop. Sebuah desiran dapat didengar namun hanya dalam posisi tubuh tertentu. Kadang-kadang, desiran dapat tidak terdengar sama sekali. Jika terdengar adanya desiran berarti darah tidak mengalir melalui jantung dengan lancar.

·         Pemeriksaan fisik mungkin juga dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung pada beberapa orang dewasa.

·         Echokardiogram (EKG) adalah tes yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran gerak dari jantung. Tes ini biasanya akan dilakukan pertama.

Tes-tes lain yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis atrial septal defect adalah:

·         Kateterisasi jantung

·         Angiografi koroner (untuk pasien lebih dari 35 tahun)

·         Studi Doppler pada jantung

·         EKG

·         MRI jantung

·         Transesophageal echocardiography (TEE)

 

 

g. Penatalaksanaan

Banyak dokter menyarankan operasi defek septum atrium (ASD) ketika terdiagnosis selama masa kanak-kanak. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi ketika dewasa. Operasi ditujukan bagi kebocoran dengan lubang berukuran sedang dan besar.

 

6. Stroke


a. Pengertian

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati.

Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.

 

Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk, menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan.

Selain itu, stroke juga merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke iskemik.

Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.

 

b. Penyebab

Penyebab stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah pada pembuluh darah di otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh obat-obatan pengencer darah.

Stroke sangat berisiko dialami penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada orang yang kurang olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok.

 

c. Menisfetasi

Gejala stroke dapat berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang paling sering dijumpai adalah:

·         Tungkai mati rasa

·         Bicara menjadi kacau

·         Wajah terlihat menurun

 

d. Patofisiologi

Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran 12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al, 2006).

 

e. Diagnosa

Diagnosis stroke adalah secara klinis beserta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain CT scan kepala, MRI. Untuk menilai kesadaran penderita stroke dapat digunakan Skala Koma Glasgow. Untuk membedakan jenis stroke dapat digunakan berbagai sistem skor, seperti Skor Stroke SirirajAlgoritme Stroke Gajah Mada, atau Algoritme Junaedi.

 

f. Intervensi

Intervensi yang dilakukan yaitu monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi terkini pasien. Tindakan kedua, Ajarkan keluarga dan pasien tentang latihan range of motion (ROM). Range of motion (ROM) baik aktif maupun pasif dapat memberikan efek yang lebih pada fungsi motorik anggota ekstremitas pada pasien stroke. Efek dari latihan ini akan berdampak setelah latihan akan terjadi peningkatan kekuatan otot (Chaidir, zuardi 2012). Peran keluarga dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi. Peran keluarga sangat penting karena dengan adanya dukungan keluarga, pasien akan termotivasi untuk sembuh dan dapat memperlambat terjadinya perburukan kondisi. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan mobilisasi ini dilakukan selama 2 jam sekali untuk mencegah terjadinya kekakuan otot. Tirah baring yang cukup lama dapat menyebabkan penderita stroke semakin lemah, gerak semakin bertambah berat karena semua anggota gerak menjadi kaku, lebih mudah cepat lelah karena stamina menurun. Hal ini dapat 14 menimbulkan komplikasi jika tidak segera ditangani salah satunya seperti kelemahan otot, kontraktur otot dan sendi dan masih banyak lagi (Sundah, Angliadi & Sengkey, 2014). Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien mengenai pentingnya melakukan range of motion (ROM). Kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat melakukan latihan range of motion (ROM) dapat menjadi faktor yang mendukung lainnya, latihan ROM pada penderita stroke sangat dianjurkan karena pasien stroke membutuhkan pemulihan yang cukup lama.

 

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang harus dilakukan adalah: - Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation) - Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas 19 - Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak - Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung - Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut - Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks - Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial - Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi - Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik - CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2000).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar