Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan system kardiovaskular?
2. Apa saja
penyakit yang ada pada system kardiovaskular?
3. Bagaimana
ciri-ciri dan gejala yang penyakit yang ada pada system kardiovaskular?
Tujuan
1. Mengetahui apa
yang dimaksud dengan system kardiovaskular
2. Mengetahui dan
memahami apa saja penyakit yang ada pada system kardiovaskular
3. Mengetahui
ciri-ciri dan gejala yang penyakit yang ada pada system kardiovaskular
Macam Macam Penyakit Pada Sistem Kardiovaskular
1. Serangan Jantung
A. Pengertian
Serangan jantung adalah
kondisi yang terjadi ketika aliran darah yang kaya akan oksigen tiba-tiba
terhambat ke otot jantung, sehingga jantung tidak mendapat oksigen. Jika
aliran darah tidak dipulihkan dengan cepat, bagian dari otot jantung akan mulai
mati. Kondisi ini, juga disebut dengan infark miokard, adalah kejadian gawat
darurat yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani secepatnya.
Serangan jantung adalah kondisi yang sangat umum terjadi dan menjadi salah satu dari banyak penyebab kematian bagi pria maupun wanita. Wanita di atas usia 55 dan pria di atas usia 45 tahun lebih berisiko terkena serangan jantung.
b. Penyebab
Serangan jantung adalah
kondisi yang bisa disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Kondisi ini muncul ketika
zat lilin yang disebut plak menumpuk di dalam arteri koroner. Arteri inilah
yang menyalurkan darah yang kaya akan oksigen ke jantung. Saat plak menumpuk di
dalam arteri selama bertahun-tahun, kondisi ini disebut juga dengan aterosklerosis.
Pada akhirnya, area plak itu sendiri dapat pecah (terbuka) di dalam arteri dan
menyebabkan terbentuknya gumpalan darah pada permukaan plak.
Penyebab lain terjadinya
serangan jantung tapi kurang umum adalah spasme hebat (penyempitan) pada arteri
koroner yang memotong aliran darah. Spasme dapat terjadi di arteri koroner yang
tidak terpengaruh oleh aterosklerosis. Kondisi ini biasanya terjadi karena
penggunaan rokok atau obat-obatan terlarang seperti kokain.Di samping itu,
serangan jantung dapat juga terjadi karena adanya robekan di arteri jantung
(pemotongan arteri koroner secara spontan).
c. Manisfetasi Klinis
Serangan
jantung adalah kondisi yang gejalanya cukup bisa dirasakan. Dada terasa nyeri
seperti tertimpa benda berat (dari sedang hingga parah) adalah gejala yang
paling umum. Rasa sakit juga dapat terjadi di rahang, pundak atau lengan
(terutama lengan sebelah kiri). Rasa nyeri sering kali digambarkan seperti
diremas, berat, atau tertekan. Gejala lain yang termasuk:
·
Berkeringat
·
Napas pendek
·
Tekanan jantung yang cepat
atau tidak beraturan
·
Mual
·
Gangguan pencernaan
d. Patoisiologi
Otot jantung membutuhkan
pasokan konstan darah yang kaya oksigen untuk menjaga agar otot jantung tetap
bekerja. Arteri koroner jantung mensuplai darah untuk otot jantung. Jika Anda
memiliki penyakit arteri koroner, arteri menjadi sempit dan darah tidak dapat
mengalir serta sebagaimana mestinya. Lemak, kalsium, protein, dan sel-sel
inflamasi terbangun di dalam dinding arteri untuk membentuk plak dengan ukuran
yang berbeda. Endapan plak keras di luar dan lembut serta lembek di dalam.
Ketika plak menebal, bagian
luar plak pecah, trombosit (partikel yang berbentuk cakram dalam darah yang
membantu pembekuan) dan gumpalan darah terbentuk di sekitar plak. Jika gumpalan
darah menyumbat arteri secara total, otot jantung menjadi ‘kelaparan’ oksigen.
Dalam waktu singkat, kematian sel-sel otot jantung terjadi, menyebabkan
kerusakan permanen yang pada akhirnya menyebabkan serangan jantung.
Meskipun tidak biasa,
serangan jantung juga bisa disebabkan oleh spasme/kejang arteri koroner. Selama
kejang koroner, arteri koroner menjadi kaku, mengurangi suplai darah ke otot
jantung (iskemia). Ini dapat terjadi saat istirahat, dan bahkan dapat terjadi
pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang signifikan.
Setiap arteri koroner
memasok darah ke otot jantung. Jumlah kerusakan pada otot jantung tergantung
pada ukuran area yang disuplai oleh arteri yang tersumbat, durasi cedera dan
pengobatan. Penyembuhan otot jantung dimulai segera setelah serangan jantung
dan memakan waktu sekitar delapan minggu.
Sama seperti luka kulit, menyembuhkan
luka jantung dan bekas luka akan terbentuk di daerah yang rusak. Tapi, jaringan
parut yang baru di otot ini tidak akan berkontraksi. Jadi, kemampuan memompa jantung
berkurang setelah Anda terkena serangan jantung. Jumlah kemampuan memompa yang
hilang tergantung pada ukuran dan lokasi bekas luka.
e. Diagnosa
·
EKG (elektrokardiogram)
dapat memberitahu berapa banyak kerusakan yang terjadi ke otot jantung dan di mana
kerusakan itu terjadi. Selain itu, denyut jantung dan irama juga dapat dipantau
dengan alat ini.
·
Tes darah. Darah dapat
diambil untuk mengukur kadar enzim jantung yang mengindikasikan kerusakan otot
jantung. Enzim ini biasanya ditemukan di dalam sel-sel hati dan diperlukan
untuk fungsi organ tersebut. Ketika sel-sel otot jantung Anda terluka, enzim
akan dilepaskan ke dalam aliran darah Anda. Dengan mengukur kadar enzim ini,
dokter dapat menentukan ukuran serangan jantung dan kapan serangan jantung mulai.
Selain itu, tes darah ini juga dapat mengukur kadar troponin. Troponin adalah
protein yang ditemukan dalam sel-sel jantung yang dilepaskan ketika otot
jantung rusak oleh kurangnya suplai darah ke jantung. Mendeteksi troponin dalam
darah dapat menunjukkan serangan jantung.
·
Echocardiograf adalah tes
pencitraan yang dapat digunakan selama dan setelah serangan jantung untuk
mempelajari bagaimana jantung memompa dan bidang apa tidak memompa secara
normal. ‘Echo’ juga dapat memberitahu jika ada struktur jantung (katup, septum,
dll) telah terluka selama serangan jantung.
·
Kateterisasi jantung atau
biasa juga disebut cath jantung, dapat digunakan selama jam pertama
serangan jantung jika obat tidak menghilangkan iskemia atau gejala. Cath
jantung dapat digunakan untuk langsung memvisualisasikan arteri yang tersumbat
dan membantu dokter menentukan prosedur yang diperlukan untuk mengobati
penyumbatan.
Kadang-kadang,
serangan jantung tiba-tiba menyerang para atlet yang tampaknya sehat. Dalam
kasus ini, sering ternyata bahwa atlet memiliki kondisi yang tidak
terdiagnosis, seperti kardiomiopati. The American Heart Association
merekomendasikan tes skrining EKG 12-lead bersama dengan pemeriksaan fisik.
Elektrokardiogram (EKG) juga dapat mengidentifikasi kondisi jantung yang dapat
menempatkan orang pada risiko serangan jantung. Menemukan masalah tersebut
sedari dini dapat mencegah kejadian serangan jantung mendadak.
f. Intervensi
Tindakan
minimal invasif yang harus dilakukan segera dalam waktu kurang dari 12 jam sejak
terjadinya serangan jantung. Tindakan ini dilakukan di ruang kateterisasi oleh
dokter jantung konsultan intervensi dan didukung oleh tim perawat yang
berpengalaman.
PPCI
menggunakan bius lokal,dan biasanya dilakukan melalui pembuluh darah di
pergelangan tangan atau paha. Pasien sadar penuh selama prosedur dan bisa
berkomunikasi dengan dokter setiap saat. Segera setelah ditemukan adanya
sumbatan pada pembuluh darah koroner, dokter akan memasang stent atau ring.
Durasi
dari tindakan ini berkisar 1 jam hingga 2 jam, tergantung dari beratnya
sumbatan yang ditemukan. Setelah dilakukan pemasangan stent atau ring, pasien
akan dirawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) untuk pemantauan lebih
lanjut.
g. Penatalaksanan
Sasaran
pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas. Kedua
mencegah dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius seperti
payah jantung, aritmia, thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris,
aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan, iskemia berulang dan kematian
mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV. Pethidin kurang
efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus tachycardia. Obat ini
banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan sinus bradycardia. Dosis
25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan perlahan-lahan .
Pada sakit
dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia dan tekanan
darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai. Dosis kecil
B-Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa pemberian
B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat mengurangi
luasnya infark (1,4,7,12) Nitrat baik sublingual maupun transdermal dapat
dipakai bila sakit dada pada hari-hari pertama. Nifedipin,C-antagonist yang
sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme koroner, khusus angina
sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang.
2. Gagal Jantung
a. Pengertian
Gagal
jantung (istilah
medis Heart Failure) merupakan suatu keadaan
yang terjadi saat jantung gagal memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk mencukupi
kebutuhan metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung dapat
bekerja dengan baik hanya bila tekanan pengisian (ventricular filling) dinaikkan. Gagal jantung juga
merupakan suatu keadaan akhir (end stage) dari setiap penyakit jantung,
termasuk aterosklerosis pada arteri koroner, infark miokardium, kelainan katup jantung, maupun kelainan kongenital.
Gagal jantung adalah gawat medis yang bila dibiarkan tak terawat
akan menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Perawatan pertama utama untuk gagal
jantung adalah cardiopulmonary resuscitation. Gagal jantung dapat akut,
misalnya setelah serangan jantung atau dapat juga terjadi secara
perlahan-lahan. Gagal jantung dapat terindikasi dari adanya pernafasan yang
pendek, kesulitan untuk rebah mendatar, terbangun tanpa nafas pada malam hari,
kaki yang bengkak, dan sering berkemih pada malam hari. Banyak sebab terjadinya
gagal jantung, seringkali karena suatu serangan jantung, tekanan
darah tinggi atau adanya problem pada katup-katup jantung. Kebanyakan penderita
gagal jantung perlu obat berkemih (diuretic) dan obat-obat lainnya seperti ACE
inhibitor, dan statin. Beberapa penderita gagal jantung lainnya perlu pacu jantung agar jantung bekerja lebih baik,
tetapi alat pacu jantung harus
ditala secara berkala (biasanya 6 bulan sekali).
b.
Penyebab
- Kerusakan pada katup jantung.
- Penyakit jantung koroner.
- Gangguan pada otot jantung.
- Gangguan ritme jantung (aritma).
- Tekanan darah tinggi.
- Diabetes.
- Cacat jantung sejak lahir.
- Anemia.
- Radang otot jantung.
- Kondisi kelenjar tiroid yang
terlalu aktif.
c.
Menisfetasi Klinis
Pasien dengan gagal
jantung biasanya muncul dengan keluhan sesak, mudah lelah, berkeringat banyak walaupun tidak
beraktivitas berat (diaphoresis), terbangun pada malam hari karena sesak (Paroxysmal nocturnal dyspnea), nyeri dada sebagai keluhan awal, bengkak di
daerah kaki, ketidaknyamanan di perut atas bagian kanan.
d.
Patofisiologi
Patofisiologi utama gagal jantung adalah pengurangan efisiensi otot jantung, melalui
kerusakan atau kelebihan beban. Dengan demikian, itu dapat disebabkan oleh sejumlah besar kondisi,
termasuk infark miokard (di mana otot jantung kekurangan oksigen dan mati), hipertensi (yang meningkatkan kekuatan kontraksi
yang diperlukan untuk memompa darah) dan amiloidosis (di mana salah lipatannya protein disimpan dalam otot
jantung, menyebabkannya menjadi kaku). Seiring waktu peningkatan beban kerja ini akan
menghasilkan perubahan pada jantung itu sendiri:
Patofisiologi gagal jantung |
|
Perbandingan jantung yang sehat dengan otot yang berkontraksi (kiri) dan jantung yang lemah dengan otot yang melar (kanan). |
|
Sistem
kardiovaskular |
|
Kesehatan |
Berbahaya |
Jantung
seseorang dengan gagal jantung mungkin memiliki kekuatan kontraksi yang
berkurang karena kelebihan ventrikel . Pada jantung yang sehat, peningkatan pengisian
ventrikel menghasilkan peningkatan kekuatan kontraksi (oleh hukum jantung Frank-Starling ) dan dengan demikian peningkatan curah jantung . Pada gagal jantung, mekanisme ini gagal,
karena ventrikel penuh dengan darah ke titik di mana kontraksi otot jantung
menjadi kurang efisien. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya
aktin dan filament myosin pada otot jantung yang berlebian.
e.
Diagnosa
Diagnosa berdasarkan
gejala-gejala di atas, pemeriksaan jantung, pembuluh darah, paru-paru,
pembengkakan hati dan pembengkakan kaki (edema). Tes
lainnya untuk meyakinkan diagnosa adalah rontgen paru-paru
(ada cairan atau tidak), echocardiogram (USG jantung) dan pemeriksaan darah.
Gagal jantung hanya dapat di atasi dengan transplantasi jantung, yang termasuk jarang
dilakukan.
f.
Intervensi
1. Penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
nyeri
4. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
5. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
6. Resiko
penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunya curah jantung
7. Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis
g.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatannya adalah sebagai
berikut.
1. Dukung
istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2.
Meningkatkan kekuatan dan eisiensi kontaktilis miokardium dengan preparat
farmakologi.
3.
Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
anti diuretic, diet, dan istirahat.
3. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi atau yang
juga disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi di mana
tekanan darah berada pada angka di atas 120/80 mmHg. Biasanya penderitanya
banyak ditemui pada kisaran usia dewasa hingga lanjut usia. Namun tidak menutup
kemungkinan jika kondisi ini bisa menyerang siapa saja.
Tekanan darah bisa
dikatakan normal apabila tekanannya pada angka yang tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah. Jika tekanannya di atas angka normal yaitu 120/80, maka
bisa dikatakan jika orang tersebut mengalami tekanan darah tinggi.
Saat terjadi tekanan
darah tinggi, maka organ jantung akan dipaksa untuk memompa darah dengan
kondisi yang lebih keras lagi. Di mana jika kondisi ini terjadi, maka akan
mengakibatkan adanya gangguan kronis lainnya, misalnya saja seperti gagal
jantung, gangguan pada sistem ginjal, hingga kemungkinan untuk terjadinya
stroke.
Menurut keterangan Badan
Kesehatan Dunia (WHO), bahwa semua orang berpotensi dan memiliki risiko untuk
mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan menurut data yang telah ada, penderita
tekanan darah tinggi akan terus mengalami peningkatan. Bahkan angkanya bisa
melonjak tajam hingga 29% di tahun 2025.
Hipertensi terbagi
menjadi hipertensi primer
(esensial) atau hipertensi sekunder.
Sekitar 90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti
tekanan darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang
mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10%
kasus lainnya (hipertensi sekunder).
b. Penyebab
Ada dua jenis yang
menyebabkan hipertensi. Berikut ini dua jenis penyebab tekanan darah tinggi
yang memiliki penyebab berbeda:
1.
Hipertensi primer
Hipertensi primer juga
disebut hipertensi esensial. Jenis penyebab hipertensi ini berkembang dari
waktu ke waktu tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Kebanyakan orang
memiliki jenis tekanan darah tinggi.
Para peneliti masih
belum jelas mekanisme apa yang menyebabkan tekanan darah meningkat secara
perlahan. Kombinasi faktor dapat berperan. Faktor-faktor ini termasuk:
·
Gen: Beberapa orang
secara genetik cenderung mengalami hipertensi. Ini mungkin dari mutasi gen atau
kelainan genetik yang diwarisi dari orang tua.
·
Perubahan fisik: Jika
sesuatu dalam tubuh berubah, Anda mungkin mulai mengalami masalah di seluruh
tubuh. Tekanan darah tinggi mungkin menjadi salah satu masalah itu. Misalnya,
diperkirakan perubahan fungsi ginjal karena penuaan dapat mengganggu
keseimbangan garam dan cairan alami tubuh. Perubahan ini dapat menyebabkan
tekanan darah tubuh meningkat.
·
Lingkungan: Seiring
waktu, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola
makan yang buruk dapat berdampak buruk pada tubuh Anda. Pilihan gaya hidup
dapat menyebabkan masalah berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas
dapat meningkatkan risiko hipertensi.
2.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder
sering terjadi dengan cepat dan bisa menjadi lebih parah daripada hipertensi
primer. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder meliputi:
·
Sleep apnea obstruktif
·
Penyakit ginjal
·
Cacat jantung bawaan
·
Masalah dengan tiroid
·
Efek samping obat
·
Penggunaan obat-obatan
terlarang
·
Penyalahgunaan alkohol
atau penggunaan kronis
·
Masalah kelenjar
adrenal
·
Tumor endokrin tertentu
c. Manisfetasi Klinis
Penderita
hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya
mengalami gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:
·
Sakit kepala parah
·
Pusing
·
Penglihatan buram
·
Mual
·
Telinga berdenging
·
Kebingungan
·
Detak jantung tak
teratur
·
Kelelahan
·
Nyeri dada
·
Sulit bernapas
·
Darah dalam urin
·
Sensasi berdetak di
dada, leher, atau telinga
d. Patofisiologi
Mekanisme
yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis.
Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai
factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
e. Diagnosis
Pengukuran
tekanan darah dalam takaran merkuri per milimeter (mmHG) dan dicatat dalam dua
bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan
darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sedangkan tekanan diastolik
adalah tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi (fase relaksasi) . Anda
dianggap mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi jika hasil dari beberapa
kali pemeriksaan, tekanan darah Anda tetap mencapai 140/90 mmHg keatas.
f. Intervensi
·
Mengonsumsi makanan
sehat.
·
Mengurangi konsumsi
garam dan kafein.
·
Berhenti merokok.
·
Berolahraga secara
teratur.
·
Menurunkan berat badan,
jika diperlukan.
·
Mengurangi konsumsi minuman
keras.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup.
Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih
dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan
bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama
20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup
istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan
obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga
anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi
adalah: 1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih). 2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium
(biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin). 3. Makanan dan minuman
dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng,
soft drink). 4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). 5. Susu full cream,
mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi
kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam). 6.
Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium. 7. Alkohol dan
makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
4. Penyakit Jantung Bawaan
a. Pengertian
Penyakit jantung bawaan
atau kelainan jantung kongenital merupakan
suatu kondisi kelainan jantung pada bayi sejak dalam kandungan dan
terjadi pada sekitar 1 dari setiap 100 kelahiran. Beberapa jenis penyakit
jantung kongenital yang paling umum meliputi:
·
Defek septum
atrium (ASD) dan Defek septum ventrikel (VSD). Kondisi
kelainan jantung bawaan dimana terdapat lubang pada
dinding jantung (septum) yang memisahkan atrium kanan dan kiri.
·
Patent ductus
arteriosus (PDA). Kondisi dimana ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan
arteri pulmonal) gagal menutup setelah bayi lahir.
Kelainan jantung
kongenital merupakan jenis cacat lahir yang menyebabkan masalah pada
jantung bayi sejak masih dalam kandungan.
Penyebabnya pun sebagian besar tidak diketahui. Meski begitu para ahli menduga
faktor lingkungan seperti ibu yang merokok atau terpapar asap rokok,
mengonsumsi alkohol,
mengalami infeksi saat kehamilan (seperti virus TORCH) atau mengonsumsi
obat-obatan tertentu di luar resep dokter memiliki andil sebesar 3% dari
terjadinya kondisi ini.
b. Penyebab
Penyakit jantung bawaan
terjadi karena adanya gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung
saat janin berada di dalam kandungan.
Secara umum, struktur
jantung manusia dibagi menjadi empat ruang, yaitu 2 serambi jantung (atrium)
dan 2 bilik jantung (ventrikel), masing-masing terbagi kanan dan kiri. Atrium
dan ventrikel kanan jantung berfungsi menerima darah dari seluruh tubuh dan
memompa darah ke paru-paru. Setelah mengikat oksigen di paru-paru, darah lalu
kembali jantung, yaitu ke atrium dan ventrikel kiri. Selanjutnya, ventrikel
kiri jantung akan memompa darah yang kaya akan oksigen tadi ke seluruh tubuh
melalui aorta.
Bagi penderita penyakit
jantung bawaan, putaran darah ini dapat terganggu dikarenakan adanya struktur
jantung yang abnormal, termasuk struktur katup, ruang jantung, septum (dinding
penyekat yang memisahkan ruang jantung), serta arteri.
Hingga saat ini, belum
ada yang dapat memastikan apa penyebab utama gangguan pembentukan jantung
tersebut, khususnya pada minggu ke-5 masa kehamilan, atau saat proses
pembentukan jantung terjadi. Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:
·
Genetika, yang
diturunkan baik dari salah satu atau kedua orang tua, atau anggota keluarga
lainnya. Penyakit jantung bawaan juga dapat dialami pada anak yang lahir dengan
sindrom Down, sindrom Turner,
dan sindrom Noonan.
·
Diabetes. Sebanyak
3-6% wanita yang menderita diabetes tipe 1 dan 2 berpotensi melahirkan bayi
dengan kelainan jantung, khususnya pada bagian arteri. Hal ini terjadi
dikarenakan tingginya kadar insulin dalam darah yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin.
·
Alkohol. Wanita
hamil yang mengonsumsi minuman alkohol berlebih berpotensi melahirkan bayi
dengan kelainan struktur arteri atau ventriklel jantung. Selain itu, paparan
alkohol yang terdapat pada kosmetik seperti cat dan pembersih kuku, atau pada
lem serta produk lainnya, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi
ini.
·
Flu. Meskipun
penjelasannya secara medis belum dipastikan, terdapat beberapa kasus dimana
wanita hamil yang mengalami flu pada trimester pertama, dua kali lebih berisiko
melahirkan bayi dengan kelainan jantung. Dalam hal ini, vaksinasi flu sangat
disarankan.
·
Infeksi rubella atau campak Jerman. Infeksi
virus ini berisiko membahayakan pertumbuhan janin jika dialami oleh wanita yang
hamil pada 8-10 minggu pertama kehamilan, termasuk organ jantung.
·
Merokok. Enam
puluh persen kasus bayi dengan penyakit jantung bawaan dipicu oleh kandungan
rokok yang dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.
·
Obat-obatan. Obat
antikejang, obat anti jerawat, dan ibuprofen yang
dikonsumsi tanpa petujuk dokter dapat membahayakan pertumbuhan janin, khususnya
pada trimester pertama kehamilan.
c. Menisfetasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat
memberikan gejala yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan
pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi
saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan
petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.1 a.
Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan
pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik,
gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini
juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB. b. Sianosis.
Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah. Sianosis
mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis
akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada sianosis
perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis perifer
lebih jelas terlihat pada ujungujung jari. c. Toleransi latihan. Toleransi
latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk menggambarkan status
kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung. Pasien gagal jantung
selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang. Gangguan toleransi latihan
dapat ditanyakan pada orangtua dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya,
apakah pasien cepat lelah, napas 157 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember
2000 menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas
dalam keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah
ia hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu
mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan
kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti
pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan. d. Infeksi
saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke
paru sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli
jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya
tidak sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis
sebelum di rujuk ke ahli jantung anak. e. Bising jantung. Terdengarnya bising
jantung merupakan tanda penting dalam menentukan penyakit jantung bawaan.
Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya
dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising
jantung pada pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung
bawaan. Jika pasien diduga menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis.
d. Patofisiologis
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu
faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi
penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.
Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi
aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri
(Padila, 2013). Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan
tekanan atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah
akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri
ke kanan menim- bulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hiper- 6 tropi
atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan teka- nan atrium kanan maka
darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini
menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli mem- besar
dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun
disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan
menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan
curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan
kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa
lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat
sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan per-
kembangan (Irnizarifka, 2011).
e. Diagnosa
Pemeriksaan
jantung janin bisa dilakukan sejak usia kehamilan 5 minggu, dan dokter biasanya
akan melakukan pemeriksaan rutin menggunakan ultrasonografi (USG). Saat usia
kehamilan sudah memasuki 18-22 minggu, dapat dilakukan pemeriksaan struktur
anatomi jantung lebih mendalam melalui ekokardiografi janin, walau terkadang
tes ini tidak dapat mendeteksi adanya kelainan jantung tertentu. Pemeriksaan
ini biasa disarankan jika terdapat keluarga dengan riwayat kesehatan serupa.
Saat
bayi lahir, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan dan jika
ditemukan gejala seperti kulit yang membiru (sianosis) atau gejala lainnya yang
mungkin muncul setelah pasien mencapai umur remaja atau dewasa, dokter akan
menyarankan serangkaian pemeriksaan, seperti:
Ekokardiografi. Tes rekam jantung untuk memeriksa struktur dan gelombang suara
ultrasonik pada jantung yang tidak dapat terdeteksi saat masa kehamilan.
Transesophageal echocardiography (TEE). Tes lanjutan yang dilakukan jika hasil ekokardiografi tidak
mampu mendeteksi masalah yang dialami penderita. Tes ini menggunakan alat
ultrasonografi khusus yang dimasukkan ke dalam kerongkongan dengan bantuan
kateter. Pasien akan diberikan suntikan sedatif sebelum metode ini dilakukan.
Elektrokardiogram (EKG). Pemeriksaan fungsi jantung melalui aliran listrik dan pancaran
sinyal jantung.
Foto Rontgen. Umumnya dilakukan pada bagian paru dan jantung untuk mengukur
banyaknya darah di dalam paru dan ukuran anatomi jantung.
CT scan dan MRI. Tes pemindaian yang dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung secara
mendalam, mulai dari struktur hingga aliran darah.
Stress test, yaitu pemeriksaan kondisi jantung, seperti tekanan darah, kecepatan
dan irama detak jantung, serta kadar oksigen, saat pasien berolahraga. Tes ini
umumnya dilakukan di atas treadmill atau sepeda statis dan direkam dengan alat
EKG.
Pulse oximeter. Tes yang menggunakan alat dengan sensor khusus yang dipasang di
ujung kuku tangan, jempol kaki, atau telinga untuk mengukur kadar oksigen dalam
darah.
Kateterisasi jantung. Tes yang berfungsi untuk memeriksa aliran darah dan tekanan darah
dalam jantung ini dilakukan dengan memasukkan kateter dan cairan perwarna
khusus melalui pembuluh darah kunci paha, lengan atau leher, dan dipantau
melalui mesin pemindaian sinar-X. Dokter akan memberikan suntikan anestesi
lokal sebelum tindakan ini dilakukan.
f. Intervensi
PDA (Patent Ductus Arteriosus)
PDA adalah kelainan pada saluran yang
menghubungkan antara pembuluh darah yang ada di jantung (aorta dan arteri
pulmonalis). PDA menempati 5-19 persen porsi kasus PJB yang ada dan lebih
sering ditemukan pada anak perempuan.
Saat ini pengobatan PDA
dengan prosedur intervensi (transcatheter closure) sudah merupakan
metode terpilih sejak dekade terakhir. Kecuali bila ukuran PDA tidak sesuai,
misalnya terlalu besar atau terjadi pada bayi-bayi kecil, termasuk bayi baru
lahir.
PDA memerlukan penutupan untuk menghindari
terjadinya gagal jantung. Penutupan dilakukan dengan menggunakan perangkat (Coils
dan Amplatzer Duct Onccluder) melalui prosedur seperti kateterisasi
jantung biasa. Banyak studi yang dilakakukan di pusat-pusat pelayanan jantung
diseluruh dunia menunjukkan bahwa prosedur penutupan PDA tanpa operasi ini
sangat efektif dengan tingkat keberhasilan sampai 99%.
ASD (Atrial Septal Defects)
ASD sekitar 19% dari seluruh penyakit jantung
bawaan. Sering kali tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi bila sudah parah
anak akan menunjukkan gejala sesak napas, cepat lelah dan exercise
intolerance (kemampuan beraktivitas) menurun. Dulu, ASD harus dikoreksi
dengan tindakan bedah menggunakan prosedur operasi terbuka (open heart
surgery), dengan mesin paru-jantung, yang tentu saja mempunyai risiko yang
tidak kecil.
Kini, teknik penutupan ASD tanpa operasi dengan
menggunakan perangkat (transcatheter closure) merupakan salah satu
pilihan yang sudah banyak dikerjakan di seluruh dunia dengan hasil yang sangat
memuaskan. Penutupan ASD dengan menggunakan Amplatzer Septal Occluder (ASO)
telah banyak dilaporkan menunjukkan efektivitas yang tinggi dan aman.
VSD (Ventricular Septal Defects)
Merupakan jenis PJB yang paling sering ditemukan
pada anak dengan persentasi sekitar 20%-25%. VSD dapat menimbulkan peningkatan
aliran darah menuju paru-paru sehingga dapat menyebabkan timbulnya gagal
jantung. Penutupan VSD dengan prosedur intervensi menggunakan Amplatzer
Ventricle Occluder (AVO) merupakan suatu alternatif pengobatan tanpa
operasi.
Penutupan VSD dengan
menggunakan AVO cukup efektif dan aman, namun perlu diwaspadai terjadinya
komplikasi yang berupa terhambatnya aliran pembuluh darah secara total pada
atrioventricular (AV block). Komplikasi ini dapat terjadi akibat pemasangan
perangkat AVO dengan ukuran yang lebih besar daripada ukuran defeknya
(kelainannya).
g. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada penyakit jantung bawaan adalah tatalaksana
korektif. Koreksi dapat dilakukan dengan tindakan bedah, karena itulah pasien
dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke kardiologis atau dokter bedah
jantung untuk dilakukan tindakan korektif maupun paliatif.
Pencegahan penyakit
jantung bawaan adalah dengan menurunkan insidensi penyakit jantung bawaan per
kelahiran hidup. Pencegahan harus dilakukan sejak pra konsepsi karena jantung
langsung mulai berkembang di awal kehamilan. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah melalui modifikasi maternal, baik pada wanita yang merencanakan
kehamilan atau sedang hamil.
5. Kebocoran Jantung
a. Pengertian
Jantung bocor adalah
kelainan bawaan atau kongenital yaitu masalah
pada struktur jantung yang sudah ada sejak lahir sehingga
akan mengubah aliran normal darah melalui jantung.
Seperti kita ketahui
secara garis besar jantung kita
memiliki dua sisi (kanan-kiri), dipisahkan oleh dinding atau sekat bagian dalam
yang disebut septum. Jantung sebelah kanan menerima darah
miskin oksigen dari tubuh dan memompanya ke paru-paru. Sedangkan
Jantung sebelah kiri menerima darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan memompanya ke seluruh tubuh.
Septum atau sekat
antar jantung mencegah pencampuran darah antara kedua sisi jantung
tersebut. Namun, beberapa bayi dilahirkan dengan lubang di septum
bagian atas atau bawah dan kondisi inilah yang disebut dengan jantung bocor.
Seperti kita ketahui
jantung memiliki 4 ruangan, jantung sebelah kanan masing-masing memiliki 2
ruangan (serambi di atas dan bilik di bawah), begitu juga dengan jantung
sebelah kiri memiliki serambi dan bilik. Jika terdapat lubang atau
kebocoran di septum antara dua serambi atas jantung maka disebut sebagai defek
septum atrium (ASD = atrial septal defect). Sedangkan apabila terdapat
lubang atau kebocoran di septum antara dua bilik jantung maka disebut defek
septum ventrikel (VSD = vertricular septal defect).
Dengan adanya kebocoran
pada jantung baik itu ASD atau VSD maka darah dari sisi kiri jantung dapat
masuk ke sisi kanan. Dengan demikian, darah yang kaya oksigen bercampur dengan
darah yang miskin oksigen. Akibatnya, beberapa darah kaya oksigen dipompa
ke paru-paru bukan ke tubuh.
Selama beberapa dekade
terakhir, diagnosis dan pengobatan jantung bocor sudah telah sangat
canggih sehingga Anak-anak yang memiliki penyakit jantung bawaan sederhana
dapat bertahan hidup sampai dewasa.
b. Penyebab
·
Faktor keturunan memliki peran dalam beberapa kelainan jantung bawaan.
Misalnya, orang tua yang memiliki cacat jantung bawaan
sedikit lebih mungkin dibandingkan orang tua yang sehat.
·
Anak-anak yang memiliki kelainan genetik, seperti sindrom Down,
sering memiliki kelainan jantung bawaan. Bahkan 50% bayi dengan sindrom Down
memiliki kelainan jantung bawaan.
·
Merokok selama kehamilan juga telah dikaitkan dengan beberapa penyakit jantung bawaan,
termasuk jantung bocor.
·
Hingga saat ini para ilmuwan masih terus
mencari penyebab jantung bocor.
c. Menisfetasi Klinis
Bayi yang lahir dengan cacat septum
atrium (ASD) kebanyakan tidak memiliki tanda-tanda atau gejala yang
jelas. Namun, ketika mereka tumbuh, anak tersebut dapat
mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan bila katub tidak menutup dengan sempurna.
Pada gejala jantung
bocor, dengan lubang septum kecil biasanya tidak memiliki gejala. Gejala jantung
bocor tipe ASD yang sering ditemukan adalah murmur. murmur jantung adalah suara
tambahan atau terdapat suara yang tidak normal saat
jantung berdetak.
Jika Kebocoran jantung
ASD besar dan tidak diperbaiki, aliran darah ekstra ke jantung kanan
dapat merusak jantung itu sendiri dan paru-paru dan dapat menyebabkan
gagal jantung. Keluhan
biasanya dirasakan saat beraktivitas. Beberapa keluhan yang
dirasakan dirasakan diantaranya berupa Sindroma Eisenmenger
·
Warna kebiruan (sianosis)
·
Kuku yang membesar dan berbentuk bulat
·
Mudah Lelah dan sesak saat beraktivitas
·
Sesak saat istirahat
·
Denyut jantung meningkat (palpitasi)
·
Pingsan (sinkop)
·
Batuk berdarah
·
Pusing
d. Patofisiologi
Proses pembentukan jantung janin terjadi pada masa
awal pembuahan (konsepsi), bahkan sebelum si ibu sadar dirinya tengah hamil.
Formasi jantung ini telah sempurna pada akhir masa trimester pertama kehamilan.
Pada kasus jantung bocor, sirkulasi darah kotor mengalir ke sirkulasi darah
bersih sehingga bayi menjadi biru. Bila terlalu banyak darah kotor beredar ke
sirkulasi darah bersih dan memasuki organ-organ penting seperti otak, maka bisa
terjadi sesak napas, disertai kejang, bahkan kematian.
e. Diagnosa
Jika seorang anak didiagnosis
dengan atrial septal defect, penyedia layanan kesehatan mungkin dapat memantau
untuk sementara waktu untuk melihat apakah lubang dapat menutup dengan
sendirinya.
Atrial septal defect mungkin tidak
memerlukan pengobatan jika hanya ada sedikit gejala atau tidak ada gejala sama
sekali, atau jika cacat kecil dan tidak terkait dengan kelainan lainnya. Namun
jika cacat menyebabkan sejumlah besar pencampuran darah, jantung bengkak, atau
gejala-gejala lain yang muncul, anak-anak Anda mungkin memerlukan pengobatan.
f. Intervensi
·
Dokter mungkin akan mendengar detak jantung yang tidak normal saat
memeriksa dada penderita dengan stetoskop. Sebuah desiran dapat didengar namun
hanya dalam posisi tubuh tertentu. Kadang-kadang, desiran dapat tidak terdengar
sama sekali. Jika terdengar adanya desiran berarti darah tidak mengalir melalui
jantung dengan lancar.
·
Pemeriksaan fisik mungkin juga dapat menunjukkan tanda-tanda gagal
jantung pada beberapa orang dewasa.
·
Echokardiogram (EKG) adalah tes yang menggunakan gelombang suara
untuk menghasilkan gambaran gerak dari jantung. Tes ini biasanya akan dilakukan
pertama.
Tes-tes lain yang
mungkin dilakukan untuk mendiagnosis atrial septal defect adalah:
·
Angiografi koroner (untuk pasien lebih dari 35 tahun)
·
Studi Doppler pada jantung
·
EKG
·
MRI jantung
·
Transesophageal echocardiography (TEE)
g. Penatalaksanaan
Banyak dokter
menyarankan operasi defek septum atrium
(ASD) ketika terdiagnosis
selama masa kanak-kanak. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi
ketika dewasa. Operasi ditujukan bagi kebocoran dengan lubang berukuran sedang
dan besar.
6. Stroke
a. Pengertian
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke
iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah, otak
tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada
sebagian area otak akan mati.
Ketika sebagian area
otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat
berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak
dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan
kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.
Menurut riset kesehatan
dasar yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, di
Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk,
menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi
Selatan.
Selain itu, stroke juga
merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia
disebabkan oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih sering
dibandingkan dengan stroke hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih
sering dibandingkan dengan stroke iskemik.
Hipertensi yang
diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi
merupakan kondisi yang paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di
Indonesia.
b. Penyebab
Penyebab
stroke sangat bervariasi, mulai dari gumpalan darah pada pembuluh darah di
otak, tekanan darah tinggi, hingga pengaruh obat-obatan pengencer darah.
Stroke
sangat berisiko dialami penderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi,
berat badan berlebih, dan diabetes. Risiko yang sama juga dapat terjadi pada
orang yang kurang olahraga, serta memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol dan
merokok.
c. Menisfetasi
Gejala stroke dapat
berbeda pada tiap penderitanya, tetapi gejala yang paling sering dijumpai
adalah:
·
Tungkai mati rasa
·
Bicara menjadi kacau
·
Wajah terlihat menurun
d. Patofisiologi
Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh
arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral
yang memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah
satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh
itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding
pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status
aliran 12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran
darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau
ruang subaraknoid (Price et al, 2006).
e. Diagnosa
Diagnosis
stroke adalah secara klinis beserta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain CT scan kepala, MRI. Untuk
menilai kesadaran penderita stroke dapat digunakan Skala Koma Glasgow. Untuk
membedakan jenis stroke dapat digunakan berbagai sistem skor, seperti Skor
Stroke Siriraj, Algoritme Stroke Gajah Mada, atau Algoritme
Junaedi.
f. Intervensi
Intervensi yang
dilakukan yaitu monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi terkini
pasien. Tindakan kedua, Ajarkan keluarga dan pasien tentang latihan range of
motion (ROM). Range of motion (ROM) baik aktif maupun pasif dapat memberikan
efek yang lebih pada fungsi motorik anggota ekstremitas pada pasien stroke.
Efek dari latihan ini akan berdampak setelah latihan akan terjadi peningkatan
kekuatan otot (Chaidir, zuardi 2012). Peran keluarga dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi. Peran keluarga sangat penting karena dengan adanya dukungan
keluarga, pasien akan termotivasi untuk sembuh dan dapat memperlambat
terjadinya perburukan kondisi. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan mobilisasi ini dilakukan selama 2 jam sekali
untuk mencegah terjadinya kekakuan otot. Tirah baring yang cukup lama dapat
menyebabkan penderita stroke semakin lemah, gerak semakin bertambah berat
karena semua anggota gerak menjadi kaku, lebih mudah cepat lelah karena stamina
menurun. Hal ini dapat 14 menimbulkan komplikasi jika tidak segera ditangani
salah satunya seperti kelemahan otot, kontraktur otot dan sendi dan masih
banyak lagi (Sundah, Angliadi & Sengkey, 2014). Memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien mengenai pentingnya melakukan range of motion
(ROM). Kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat melakukan latihan range
of motion (ROM) dapat menjadi faktor yang mendukung lainnya, latihan ROM pada
penderita stroke sangat dianjurkan karena pasien stroke membutuhkan pemulihan
yang cukup lama.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil
akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena
‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang harus dilakukan adalah: -
Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation) -
Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas 19 -
Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan kecepatan
20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan
salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak - Berikan oksigen 2-4
liter/menit melalui kanul hidung - Jangan memberikan makanan atau minuman lewat
mulut - Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks -
Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan
trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa
protrombin, dan masa tromboplastin parsial - Jika ada indikasi, lakukan tes-tes
berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi
- Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik - CT Scan atau
resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2000).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar