Apa itu Penyakit Diabetes Melitus, Simak Penjelasannya

 DIABETES MELITUS

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan gula darah. Itu kenapa diabetes juga sering disebut sebagai penyakit gula atau kencing manis.

Gangguan gula darah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang meliputi:

·         Kurangnya produksi insulin oleh pankreaas

·         Kurangnya respon tubuh terhadap insulin

·         Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin

Jika penyakit ini tidak diobati dengan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya, bahkan bisa mengancam nyawa penderitanya.

Jenis-jenis diabetes melitus

Berdasarkan hal yang menyebabkannya, penyakit diabetes dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem ketahanan menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin, sehingga pankreas tidak dapat memproduksi hormon tersebut. Hal ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan insulin dan meningkatkan kadar glukosa darah.

Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada usia yang lebih muda, terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.

Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab penyakit gula tipe 2 mungkin terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Namun, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini jika:

·         orangtua atau saudara kandung Anda yang mengidap kondisi ini

·         dalam keadaan paparan penyakit virus

·         munculnya autoantibodi

·         kekurangan vitamin D, mengonsumsi susu sapi atau susu formula, dan sereal sebelum usia 4 bulan. Meskipun tidak langsung menyebabkan kondisi ini terjadi, tapi masih berisiko.

Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi. Angka kejadiannya mencapai 90-95 persen dari semua kasus kencing manis di dunia. Kondisi ini disebut dengan adult-onset diabetes karena lebih sering terjadi pada orang dewasa.

Tidak seperti diabetes tipe 1, penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin tapi tidak mencukupi. Penyebab persis mengapa muncul tipe 2 belum pasti, tapi para ahli percaya bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam memicu terjadinya penyakit gula ini.

Kelebihan berat badan adalah pemicu utama penyakit gula, tapi tidak semua pasien diabetes melitus tipe 2 kelebihan berat badan.

Diabetes gestasional

Diabetes gestational adalah penyakit kencing manis yang hanya terjadi pada wanita hamil. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun bayinya jika tidak diobati. Jika ditangani cepat dengan baik, kondisi ini biasanya sembuh total setelah melahirkan.

Diabetes insipidus

Diabetes insipidus adalah kondisi berbeda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan air.

Penyakit ini biasanya diakibatkan hasil dari sindrom genetik, operasi, efek samping obat-obatan, kekurangan gizi, infeksi, dan penyakit lainnya. Kondisi ini jarang terjadi dan dapat diobati.

Tanda & Gejala

Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus?

Penyakit kencing manis sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun pada awalnya. Bahkan, banyak orang yang tidak pernah sadar sudah sakit diabetes sejak lama karena tidak pernah mengalami gejala berarti.

Akan tetapi, berikut beberapa tanda dan gejala khas penyakit diabetes melitus yang perlu Anda ketahui:

·         Sering merasa haus

·         Sering buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam dan disebut poliuria

·         Lemah, lesu, dan tidak bertenaga

·         Sering mengalami infeksi, misalnya infeksi kulit, vagina, sariawan, atau saluran kemih

Gejala yang lebih jarang terjadi:

·         Mual atau muntah

·         Pada wanita sering terjadi infeksi vagina

·         Infeksi jamur atau sariawan

·         Mulut kering

·         Luka sulit sembuh

·         Gatal pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina

Gejala diabetes lainnya yang harus Anda sadari:

1. Kaki sakit dan mati rasa

Kadar gula darah yang sangat tinggi akan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf tubuh. Tak semua orang yang mengalami gejala ini.

Namun orang yang mengalami diabetes, akan merasa mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit pada tubuh, terutama di kaki. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang sudah mengalami diabetes selama 5 tahun atau lebih.

2. Pandangan kabur

Pandangan kabur pada diabetesi (sebutan untuk penderita diabetes) biasanya berasal dari gangguan lensa (katarak) atau gangguan saraf mata (retinopati diabetikum).

Kondisi gula darah yang cukup tinggi dapat memicu penumpukan protein di dalam lensa mata sehingga terjadinya proses katarak. Gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah kecil di mata terganggu bahkan pecah sehingga saraf mata (retina) tidak dapat bekerja dengan baik.

3. Masalah kulit

Kadar insulin yang tinggi mendorong pigmen yang menimbulkan bercak hitam pada kulit. Jika ada perubahan yang terasa pada kulit, bisa saja menjadi tanda awal Anda memiliki penyakit gula atau kencing manis. Perubahan bisa saja ditandai dengan kulit yang menjadi gelap, bersisik, hingga muncul keriput dini.

4. Rentan terhadap infeksi atau penyakit

Seseorang dengan gejala awal kencing manis ini cenderung lebih rentan terhadap infeksi bakteri maupun jamur karena mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun.

Mikroorganisme tersebut membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya. Infeksi dapat tumbuh dalam lipatan kulit yang hangat dan lembab, seperti antara jari tangan dan kaki, di bawah payudara, atau di dalam atau di sekitar alat kelamin.

5. Gusi merah dan bengkak

Penyakit gula dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dan kemampuan Anda untuk melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan rahang gigi Anda. Gusi Anda dapat bengkak atau mungkin mengalami luka.

6. Luka lama sembuh

Gula darah tinggi dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf di daerah tubuh sehingga mengganggu proses penyembuhan alami tubuh Anda.

Jadi, jika Anda memiliki luka yang tak kunjung sembuh atau justru semakin memburuk, segera periksa ke dokter.

7. Cepat lapar

Kurangnya insulin untuk memasukkan gula ke sel membuat otot dan organ melemah dan tubuh kehabisan energi. Otak akan mengira kurang energi itu karena kurang makan, sehingga tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan mengirimkan sinyal lapar.

8. Berat badan turun tiba-tiba

Walau nafsu makan meningkat, para diabetesi dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis.  Berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat badan.

Karena kemampuan metabolisme glukosa terganggu, tubuh akan menggunakan apapun lain sebagai ‘bahan bakar’, misalnya otot dan lemak sehingga orang akan tampak kurus.

Mengetahui gejalanya lebih awal akan memudahkan Anda untuk mengatasi gejala tersebut dan bahkan dapat mencegahnya.

Kapan saya harus pergi ke dokter?

Kebanyakan orang sering kali tidak menyadari terkena penyakit diabetes melitus sampai gula darahnya sudah terlanjur melonjak naik sehingga menyebabkan berbagai gejala yang parah.

Maka dari itu, jika Anda mengalami berbagai gejala di atas, atau Anda mencurigai terkena penyakit kencing manis, jangan ragu untuk segera berkunjung ke dokter.

Penyebab

Apa saja penyebab diabetes melitus?

Sebelum mengetahui penyebab penyakit gula, Anda perlu tahu bagaimana glukosa diproses oleh tubuh. Glukosa sangat penting untuk tubuh, karena bekerja sebagai sebagai sumber energi bagi sel-sel dan jaringan tubuh, terutama otak.

Glukosa sebenarnya berasal dari makanan yang Anda makan dan dari disimpan sebagai cadangan di dalam hati (liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan glikogen.

Jika Anda belum makan otomatis kadar gula darah akan rendah. Guna mencegah hal tersebut, liver akan memecah glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula darah Anda.

Penyebab diabetes tipe 1

Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh Anda menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang bertugas untuk menghasilkan hormon insulin.

Hormon insulin membuat glukosa lebih mudah untuk diserap oleh sel-sel tubuh sehingga menurunkan kadar gula dalam aliran darah. Namun, jika Anda mengalami gangguan fungsi pankreas, maka produksi insulin juga akan terganggu.

Akibatnya, tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin dengan cukup, sehingga kadar gula dalam darah akan terus meningkat.

Penyebab diabetes tipe 2

Penyakit kencing manis disebabkan karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh Anda tidak merespon insulin dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin.

Resistensi insulin sendiri membuat sel tidak bisa menrima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Hal ini kemudian membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan gula sehingga memecah glikogen kembali.

Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah tinggi yang disebut dengan hiperglikemia.

Penyebab diabetes gestasional

Selama kehamilan, plasenta akan menghasilkan sejumlah hormon untuk mendukung kehamilan Anda. Sayangnya, hormon-hormon yang dihasilkan akan membuat sel-sel di dalam tubuh jadi resisten terhadap insulin.

Sayangnya, pankreas tidak selalu dapat memproduksi insulin ekstra untuk mengatasi resistensi tersebut. Akibatnya, gula darah menumpuk di dalam darah dan menyebabkan diabetes gestasional.

Faktor risiko

Apa saja faktor risiko diabetes melitus?

Mengutip dalam laman Mayo Clinic, berikut berbagai hal yang bisa membuat Anda berisiko tinggi terkena penyakit diabetes melitus.

Penyakit diabetes tipe 1

·         Riwayat keluarga

·         Terkena infeksi virus tertentu

·         Adanya kerusakan sel sistem kekebalan tubuh (autoantibodi)

·         Kekurangan vitamin D

Penyakit diabetes tipe 2

·         Usia di atas 45 tahun

·         Obesitas alias kegemukan

·         Malas gerak

·         Riwayat medis keluarga

·         Prediabetes

Penyakit diabetes gestasional

·         Usia

·         Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini

·         Memiliki riwayat penyakit PCOS

·         Pernah mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya

·         Mengidap diabetes sebelum masa hamil

·         Pernah mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth) tanpa diketahui penyebabnya

·         Obesitas sebelum kehamilan

·         Hamil di usia lebih dari 30 tahun

Obat dan cara pengobatan

Bagaimana cara mengobati diabetes melitus?

Diabetes melitus adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun bukan berarti Anda jadi merasa putus asa.

Penyakit gula atau kencing manis ini masih bisa diatasi dan dikendalikan. Salah satunya, dengan minum obat diabetes melitus. Tergantung jenisnya, berikut beberapa pilihan obat penyakit gula:

Obat diabetes tipe 1

Ketika Anda mengalami kondisi ini, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel yang memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang. Maka dari itu, dokter biasanya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari.

Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:

·         Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya memiliki sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula melebihi target.

·         Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin aksi lambat lebih jarang digunakan.

·         Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis ini relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan dengan aksi yang lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari penyuntikkan.

Obat diabetes tipe 2

Orang yang mengalami penyakit kencing manis umumnya tidak mampu menggunakan insulin yang ada sebagaimana mestinya. Tak semua orang dengan penyakit kencing manis memerlukan obat. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin hanya meminta pasien untuk mengubah gaya hidupnya agar menjadi lebih sehat, seperti rutin olahraga dan menjalani diat khusus. 

Nah, ketika kedua cara tersebut tidak cukup, barulah dokter akan meresepkan sejumlah obat diabetes melitus untuk membantu menurunkan gula darah. Beberapa obat diabetes melitus yang sering diresepkan dokter adalah metformin, pioglitazone, sulfonilurea, agonis, repaglinide, acarbose,  gliptin, dan nateglinide.

Namun, Anda harus waspada. Pasalnya, obat diabetes melitus dapat menyebabkan sejumlah efek samping seperti kembung dan diare. Kabar baiknya, efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.

Pengobatan rumahan

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi diabetes melitus?

1. Menjaga pola makan dan asupan gizi

Sebenarnya, makanan untuk orang dengan penyakit gula hampir sama dengan orang yang sehat-sehat saja. Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka. Dokter biasanya akan meminta Anda untuk lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi, rendah lemak dan kalori sehingga bisa mengontrol kadar gula darah Anda.

Seperti apa makanan yang harus dimakan? Berikut panduannya:

·         Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.

·         Ganti gula Anda dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga bisa membantu mengontrol gula darah.

·         Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.

·         Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita, seperti brokoli dan bayam.

·         Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.

·         Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan ditumis.

·         Produk olahan susu rendah lemak dan telur.

·         Ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.

Jika Anda menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung. 

2. Olahraga teratur

Manfaat olahraga teratur untuk diabetesi adalah membantu menjaga berat badan turun, insulin bisa lebih mudah menurunkan gula darah, membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak energi.

Tidak usah yang terlalu berat Anda bisa mulai berjalan, berenang, bersepeda di dekat rumah Anda, beraktivitas membersihkan rumah, atau mulai hobi berkebun adalah ide bagus supaya Anda tetap aktif bergerak.

Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Jika Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit pada awal olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.

Jika kadar gula darah Anda kurang dari 100-120, makanlah apel atau segelas susu sebelum Anda berolahraga. Saat Anda sedang berolahraga, bawalah makanan ringan agar gula darah Anda tidak turun.

Tips jika Anda menggunakan insulin

·         Berolahraga setelah makan, bukan sebelum makan.

·         Tes gula darah Anda sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Jangan berolahraga bila kadar gula darah Anda rendah, kurang dari 70.

·         Hindari berolahraga sebelum tidur karena bisa menyebabkan gula darah Anda turun di malam hari.

Tips jika Anda tidak menggunakan insulin

·         Temui dokter Anda, jika Anda berniat untuk ikut kelas fitness atau program latihan olahraga.

·         Tes gula darah Anda sebelum dan sesudah berolahraga jika Anda mengonsumsi obat diabetes melitus. Pastikan Anda gula darah tidak lebih rendah dari 70.

3. Rajin cek gula darah Anda setiap hari

Kadar gula darah harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula darah juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat itu juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glukometer. Dengan petunjuk pemakaian sebagai berikut:

1.      Pastikan tangan Anda telah dicuci, masukkan kertas test strip ke alat ukur gula darah.

2.      Perlahan, tusuk ujung jari dengan jarum steril hingga darah keluar

3.      Bila darah yang keluar sedikit, perlahan pijat jari hingga darah keluar cukup

4.      Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan tunggu hasilnya.

5.      Kadar glukosa darah Anda akan muncul di layar alat

Kadar glukosa umumnya berbeda saat sebelum dan setelah Anda makan. Untuk tingkat gula darah normal sebelum makan, kadarnya sekitar 70-130 mg/dL. Kemudian, tingkat gula darah dua jam setelah makan seharusnya kurang dari 180 mg/dL dan menjelang tidur berkisar 100-140 mg/dL.

Jumlah kadar gula darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Kadar gula darah tinggi dianggap sebagai pertanda bahwa kondisi tubuh Anda sedang tidak sehat. Catat kadar gula darah setiap kali Anda memeriksa kadar gula darah.

4. Pastikan Anda selalu minum obat atau suntik insulin

Keseimbangan kadar gula darah pada diabetesi terkadang tidak bisa terjaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.

Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk kondisi ini (obat hipoglikemik oral). Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda. Obat yang biasa diberikan adalah metformin, sulfonilurea, pioglitazone, gliptin, agonis, acarbosenateglinide dan repaglinide. 

Dalam kasus tertentu, obat-obatan dalam bentuk tablet mungkin akan kurang efektif untuk mengobati penyakit gula atau kencing manis ini, sehingga Anda membutuhkan terapi insulin.

Berdasarkan dosis dan cara pemakaiannya, terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas tadi.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah diabetes melitus?

Penyakit gula atau kencing manis ini dapat dicegah dengan melakukan olahraga teratur, menjaga pola hidup sehat, dan menjaga kadar gula darah tetap normal.

1. Raih berat badan sehat

Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama dari diabetes tipe 2. Diet kalori dan rendah lemak sangat dianjurkan sebagai cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan mencegah diabetes.

2. Banyak makan buah dan sayur

Dengan makan sayur dan buah-buahan segar setiap hari, Anda dapat mengurangi risiko diabetes sampai 22 persen. Fakta ini diambil menurut hasil dari sebuah penelitian tentang diet selama 12 tahun dari hampir 22 ribu orang dewasa.

Penurunan risiko secara langsung berhubungan dengan berapa banyak buah-buahan dan sayuran yang Anda konsumsi.

3. Kurangi gula

Untuk menjaga kadar gula darah normal, Anda harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan berarti Anda jadi anti gula. Anda bisa mengganti gula pasir dengan pemanis rendah kalori dan bebas gula untuk mencegah penyakit gula dan mengontrol asupan kalori.

4. Aktif berolahraga

Usahakan berolahraga minimal 30 menit sehari 3-5 kali seminggu untuk memaksimalkan pencapaian target berat badan idea sekalus juga untuk mengurangi risiko Anda terkena diabetes.

Selain itu, berolahraga juga bisa menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar insulin.

 

 

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

Jenis-jenis Diabetes

Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.

Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

Gejala Diabetes

Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:

  • Sering merasa haus.
  • Sering buang air kecil, terutama di malam hari.
  • Sering merasa sangat lapar.
  • Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Berkurangnya massa otot.
  • Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
  • Lemas.
  • Pandangan kabur.
  • Luka yang sulit sembuh.
  • Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.

Beberapa gejala juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:

  • Mulut kering.
  • Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
  • Gatal-gatal.
  • Disfungsi ereksi atau impotensi.
  • Mudah tersinggung.
  • Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
  • Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.

Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.

Faktor Risiko Diabetes

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
  • Menderita infeksi virus.
  • Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
  • Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
  • Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.

Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

  • Kelebihan berat badan.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
  • Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
  • Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.

Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.

Diagnosis Diabetes

Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:

  • Orang yang berusia di atas 45 tahun.
  • Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.
  • Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
  • Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.

Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:

  • Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
  • Tes gula darah puasa.  Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
  • Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
  • Tes HbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.

Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.

Pengobatan Diabetes

Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.

Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.

Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.

Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin.

Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan.

Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir.

Komplikasi Diabetes

Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:

  • Penyakit jantung
  • Stroke
  • Gagal ginjal kronis
  • Neuropati diabetik
  • Gangguan penglihatan
  • Depresi
  • Demensia
  • Gangguan pendengaran
  • Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
  • Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur

Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:

  • Kelebihan berat badan saat lahir.
  • Kelahiran prematur.
  • Gula darah rendah (hipoglikemia).
  • Keguguran.
  • Penyakit kuning.
  • Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.

Pencegahan Diabetes

Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah:

  • Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Rutin berolahraga.
  • Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun.

 

 

Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.

Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun

Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat terbentuknya autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam pulau-pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek tetapip dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.

Hiperglikemia dan Komplikasinya

Kerusakan sel-sel β pankreas akan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi insulin. Defisit insulin ini kemudian akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang bila terus memburuk akan menyebabkan penderita mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi.

Hiperglikemia juga akan menyebabkan terjadinya degenerasi akson dan demielinisasi segmental sehingga penderita akan mengalami neuropati. Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya penumpukan sorbitol pada saraf sensorik perifer yang menyebabkan terjadinya neuritis.

Hiperglikemia juga akan menyebabkan gangguan pada sistem pembuluh darah mikro maupun makro di mata ginjal, otak, dan jantung, sistem katabolisme tubuh, serta gangguan elektrolit.[3,4]

 

 

Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.

Penurunan Sekresi Insulin

Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu penelitian menemukan bahwa gangguan fungsi sel pankreas ini terjadi secara dini bahkan sebelum adanya resistensi insulin.[2]

Resistensi Insulin

Resistensi insulin akan terjadi bila alur penyimpanan nutrisi yang bertugas memaksimalkan efisiensi penggunaan energi terpapar terus menerus dengan surplus energi. Surplus energi ini akan menurunkan sensitifitas insulin. Paparan surplus energi dalam jangka panjang akan menyebabkan sensitifitas insulin semakin menurun hingga terjadi resistensi insulin, terutama pada jaringan otot, hepar, dan lemak.

Resistensi insulin akan menyebabkan penurunan asupan glukosa perifer diiringi dengan peningkatan endogen produksi glukosa oleh hepar melalui proses glukoneogenesis. Selain itu, jaringan tubuh yang tidak mendapat energi juga akan memecah lipid dalam jaringan sel lemak sehingga terjadi katabolisme lemak tubuh atau lipolisis.[1,3-5]

Ominous Octet

Resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin akan menyebabkan terjadinya ominous octet yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Ominous octet adalah gabungan dari kondisi berikut:

1.      Penurunan sekresi insulin pankreas

2.      Penurunan efek inkretin

3.      Peningkatan lipolisis

4.      Peningkatan reabsorpsi glukosa

5.      Penurunan uptake glukosa perifer

6.      Disfungsi neurotransmitter

7.      Peningkatan produksi glukosa oleh hepar

8.      Peningkatan sekresi glukagon dari sel-sel alfa pulau Langerhans[1]

Keadaan hiperglikemia yang terjadi karena ominous octet ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun secara subklinis sebelum gejala klinis penyakit muncul.

 

Diabetes adalah ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin yang terdapat di tubuh. Insulin sendiri adalah sebuah hormon yang mengubah gula dan glukosa di tubuh menjadi energi.

Menderita diabetes berarti memiliki kadar gula yang tinggi dalam darah, sebagai akibat dari adanya gangguan metabolisme gula karena gagalnya fungsi insulin tadi. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, salah satunya adalah luka yang sulit sembuh.

Baca Juga

·         Menu Sarapan Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus

Ya, salah satu gejala yang khas dari penderita diabetes adalah luka yang lama dan sulit sembuh. Tak hanya itu, luka juga dapat memburuk lebih cepat sehingga dapat menimbulkan infeksi, bahkan dapat terjadi komplikasi yang lebih serius.

Luka dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, kaki merupakan lokasi utama timbulnya luka yang tak kunjung sembuh pada penderita diabetes. Inilah mengapa ada istilah “diabetic foot” (kaki diabetes) akibat tingginya frekuensi luka dengan kondisi buruk pada penderita diabetes.

Pada 14-24 persen penderita diabetes, luka pada kaki dapat memburuk sedemikian rupa hingga sampai satu titik dimana amputasi menjadi tindakan yang harus dilakukan. Sebenarnya apa yang menyebabkan luka pada penderita diabetes sulit sembuh atau butuh waktu lebih lama untuk sembuh?

Dampak gula pada penyembuhan luka

Sulitnya luka sembuh dan memburuknya kondisi luka pada penderita diabetes sering kali berbanding lurus dengan tingginya kadar gula dalam darah. Ini karena kondisi diabetes memiliki berbagai pengaruh terhadap kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka.

● Kadar gula darah tinggi

Saat kadar gula dalam darah Anda tinggi, terdapat beberapa mekanisme yang terganggu seperti terhambatnya kemampuan nutrisi dan oksigen untuk masuk ke dalam sel, menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh, dan meningkatnya kemungkinan terjadinya radang pada berbagai sel dalam tubuh. Semua kondisi tersebut tentu memiliki dampak pada progres penyembuhan luka.

● Gangguan saraf atau neuropati

Salah satu komplikasi diabetes adalah terjadinya kerusakan ujung saraf akibat kadar gula yang tinggi dalam darah dalam jangka waktu yang panjang. Lama-kelamaan, kerusakan pada ujung saraf dan pembuluh akan membuat area yang rusak menjadi kebas dan kehilangan fungsi sensori.

Pada kondisi yang normal, tubuh—terutama tangan dan kaki—dapat merasakan sakit, yang membuat seseorang menjadi awas terhadap benda yang mungkin membahayakan atau luka yang timbul di bagian tersebut. Pada kondisi ketika fungsi sensori menurun akibat diabetes, tubuh menjadi tidak awas terutama pada timbulnya luka. Akibatnya, sering kali luka yang awalnya kecil menjadi terbengkalai hingga kemudian memburuk.

Gangguan ini terutama sering terjadi di bagian kaki, ketika berjalan tanpa alas kaki dan menginjak berbagai benda yang mungkin menyebabkan luka kecil tidak disadari oleh penderita diabetes. Timbulnya kaki diabetes pun sangat mungkin terjadi.

● Gangguan sirkulasi

Selain gangguan ujung saraf, penderita diabetes juga rentan mengalami gangguan fungsi dan struktur pembuluh darah. Gangguan pembuluh darah ini dapat terjadi di berbagai lokasi, mulai dari perifer seperti di tangan dan kaki atau gangguan pembuluh darah di ginjal, yang memperbesar kemungkinan penderita diabetes mengalami komplikasi penyakit pada ginjal.

Gangguan pembuluh darah tentu akan menurunkan fungsi sirkulasi. Padahal, sirkulasi darah sangat penting untuk proses penyembuhan luka karena fungsi penting darah adalah mengangkut berbagai nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk proses tersebut.

Gangguan pembuluh ini juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menurunkan aliran darah ke alat gerak. Tingginya kadar gula dalam darah juga dapat membuat darah menjadi lebih kental, sehingga sirkulasi menjadi semakin buruk.

● Infeksi

Kadar gula berlebih dalam darah merupakan “makanan” bagi bakteri yang dapat menyebabkan berbagai infeksi. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi juga menghambat kerja sistem kekebalan tubuh dalam memerangi bakteri. Ini menjadikan infeksi lebih cepat menyebar, memburuk, bahkan dapat menyebabkan luka membusuk atau sepsis.

Dari berbagai kondisi yang dijabarkan di atas, inilah kenapa para penderita diabetes harus menaruh perhatian lebih terhadap kemungkinan timbulnya luka kecil, yang dapat memburuk akibat kadar gula darah yang tinggi.

Penting juga untuk mengontrol kadar gula darah agar proses penyembuhan luka tidak berlangsung terlalu lama. Jika Anda mengalami luka yang sulit sembuh tapi belum pernah terdiagnosis diabetes, segera lakukan pemeriksaan dengan berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengetahui apakah kondisi yang Anda alami ini adalah akibat dari kadar gula yang tinggi atau bukan.

 

 

Untuk menjalankan segala fungsinya dengan baik, tubuh dibantu oleh kerja 14 kelenjar utama. Kelenjar tubuh manusia terdiri dari 9 kelenjar endokrin (ductless gland) dan 5 kelenjar eksokrin (duct gland). Yuk, pelajari serba-serbi fungsi kelenjar manusia dalam ulasan lengkap berikut ini.

Apa itu kelenjar?

Kelenjar adalah jaringan menyerupai kantung yang terbuat dari sel-sel sekresi. Kelenjar terletak di lokasi-lokasi tubuh yang aman namun menonjol.

Fungsi kelenjar adalah untuk menghasilkan suatu zat tertentu yang berperan mengatur berbagai fungsi fisiologis dan aktivitas tubuh. Zat yang dikeluarkan kelenjar dapat berupa hormon, enzim, atau cairan yang masing-masing memiliki fungsi penting.

Ada berbagai kelenjar yang bertugas sesuai dengan lokasi, tipe sekresi, dan sistem organ yang dikendalikan. Tanpa pengeluaran sekresi yang cukup, gangguan kesehatan yang terkait defisiensi enzim dan hormon dapat terjadi.

Macam-macam fungsi kelenjar berdasarkan jenisnya

Secara garis besar, ada dua tipe kelenjar pada tubuh manusia — yaitu kelenjar eksokrin (duct glands) dan kelenjar endokrin (ductless glands). Berikut perbedaan antara keduanya dan kelenjar apa saja yang termasuk ke dalamnya.

Kelenjar eksokrin

Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang memiliki saluran untuk mengalirkan zat sekresinya ke seluruh tubuh. Kebanyakan fungsi kelenjar eksokrin menghasilkan enzim, tapi beberapa lainnya menghasilkan cairan non-enzim.

Beberapa kelenjar yang termasuk kelenjar eksokrin adalah:

·         Kelenjar ludah: Kelenjar ini terletak di dalam dan sekitar rongga mulut, juga dalam tenggorokan. Fungsi kelenjar ludah adalah menghasilkan air liur membantu melembapkan mulut, mengawali pencernaan, dan melindungi gigi dari pembusukan.

·         Pankreas: Pankreas terletak dalam perut. Fungsinya adalah mensekresi enzim pencernaan seperti amilase, tripsin, dan lipase untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak secara berurutan.

·         Kelenjar keringat: Kelenjar ini terletak pada kulit. Saat suhu tubuh terlalu panas, kelenjar ini mensekresikan keringat untuk mendinginkan tubuh.

·         Kelenjar sebaceous (kelenjar minyak): Kelenjar ini terdapat di kulit untuk menghasilkan minyak alami (sebum) yang membantu melembapkan kulit, serta membuat kulit dan rambut jadi tahan air.

·         Kelenjar lakrimal: Lokasinya di mata, sedikit di bagian atas dan luar ujung mata. Kelenjar ini mensekresikan air mata yang mengandung protein, elektrolit, dan air untuk melembapkan, memelihara, dan melindungi permukaan mata.

Kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar penghasil hormon yang tidak memiliki saluran pengalir. Hormon yang dihasilkannya akan disalurkan lewat aliran darah. Karena “menumpang” aliran darah, hormon tersebut bisa mencapai bagian tubuh yang jauh dari lokasi kelenjar tersebut.

Kelenjar endokrin terdiri dari:

1. Kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis)

Kelenjar pituitari ada di dalam otak, tepatnya di bawah hipothalamus. Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah, produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya.

Kelenjar ini meliputi kelenjar anterior dan posterior; masing-masingnya memiliki jenis sekresi yang berbeda.

a) Kelenjar pituitari anterior

Terletak di bagian depan pituitari. Kelenjar ini menghasilkan:

·         Hormon adrenokortikotropik (ACTH): Hormon ini merangsang produksi hormon adrenal.

·         Hormon perangsang folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH): Hormon-hormon ini mengatur produksi estrogen dan progesteron pada tubuh wanita dan produksi testosteron pada tubuh pria. Letaknya di ovarium dan testis.

·         Hormon pertumbuhan (GH): Hormon ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh manusia, terutama di tahun-tahun awal. Untuk anak-anak, hormon ini membantu menjaga komposisi tubuh yang sehat. Untuk orang dewasa, GH bertindak sebagai penyeimbang distribusi lemak serta menjaga kesehatan tulang dan otot.

·         Prolaktin: Fungsi utama hormon ini adalah menstimulasi produksi ASI pada wanita. Hormon ini juga memiliki efek pada aktivitas seksual yang berbeda pada pria dan wanita.

·         Hormon perangsang tiroid (TSH): Hormon ini amerangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormonnya sendiri, yang bertugas mendorong metabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh.

b) Pituitari posterior

Terletak di belakang bagian depan pituitari. Kelenjar ini mensekresikan:

·         Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopressin: Hormon ini dihasilkan ginjal untuk meningkatkan penyerapan air dalam darah, mengurangi jumlah air yang keluar dalam urin, dan membantu menyimpan air dalam tubuh.

·         Oksitosin: Oksitosin memberi sinyal pada rahim untuk memulai proses persalinan. Hormon ini juga bertanggung jawab merangsang produksi ASI.

2. Kelenjar tiroid

Terletak di leher dan mensekresikan hormon tiroid T3 & T4

3. Kelenjar paratiroid

Terletak di leher dan mensekresikan parathormone.

4. Kelenjar adrenal

Kelenjar ini terletak pada kedua ginjal dan terdiri dari 2 bagian: korteks luar dan medulla dalam.

·         Korteks: menghasilkan gluco-corticoid dan mineralo-corticoid.

·         Medulla: menghasilkan nor-adrenalin, yang merupakan salah satu neurotransmiter (hormon flight or fight).

5. Pankreas

Kelenjar pankreas memiliki kedua fungsi eksokrin dan endokrin. Pankreas menghasilkan berbagai hormon yang mengendalikan metabolisme glukosa tubuh. Dengan fungsi endokrin, pankreas mensekresikan insulin, glukagon, somatostatin.

6. Ginjal

Menghasilkan renin angiotensin yang membantu mengendalikan tekanan darah.

7. Kelenjar pineal

Kelenjar ini terletak di dalam otak dan bekerja sebagai jam biologis tubuh. Fungsi kelenjar pineal mensekresikan melatonin, hormon yang salah satunya mengatur siklus tidur dan bangun.

8. Kelenjar gonad

Fungsi kelenjar gonad adalah menghasilkan hormon seks:

·         Testis: Menghasilkan hormon pria testosteron yang memberikan karakter pria seperti jenggot, otot dan lainnya. Testosteron disekresikan dalam jumlah besar pada pria dan jumlah kecil pada wanita.

·         Indung telur: Mensekresikan estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dihasilkan hanya pada wanita dan mengatur siklus reproduksi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar