DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah penyakit
autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan gula darah. Itu kenapa
diabetes juga sering disebut sebagai penyakit gula atau kencing manis.
Gangguan gula darah dapat disebabkan
oleh berbagai hal yang meliputi:
·
Kurangnya
produksi insulin oleh pankreaas
·
Kurangnya
respon tubuh terhadap insulin
·
Adanya
pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin
Jika penyakit ini tidak diobati
dengan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang
berbahaya, bahkan bisa mengancam nyawa penderitanya.
Jenis-jenis diabetes melitus
Berdasarkan hal yang menyebabkannya,
penyakit diabetes dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem
ketahanan menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin,
sehingga pankreas tidak dapat memproduksi hormon tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan tubuh kekurangan insulin dan meningkatkan kadar glukosa darah.
Kondisi ini umumnya menyerang pasien
di bawah usia 40 tahun, terutama pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini
lebih cepat terdeteksi pada usia yang lebih muda, terutama pada masa
kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dari kondisi ini belum
jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab penyakit gula tipe 2 mungkin terjadi
akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Namun, Anda mungkin memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini jika:
·
orangtua
atau saudara kandung Anda yang mengidap kondisi ini
·
dalam
keadaan paparan penyakit virus
·
munculnya
autoantibodi
·
kekurangan
vitamin D, mengonsumsi susu sapi atau susu formula, dan sereal sebelum usia 4
bulan. Meskipun tidak langsung menyebabkan kondisi ini terjadi, tapi masih
berisiko.
Diabetes tipe 2
Diabetes
tipe 2 adalah
tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi. Angka kejadiannya mencapai 90-95
persen dari semua kasus kencing manis di dunia. Kondisi ini disebut
dengan adult-onset diabetes karena lebih sering terjadi pada
orang dewasa.
Tidak seperti diabetes tipe 1,
penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin tapi tidak mencukupi. Penyebab
persis mengapa muncul tipe 2 belum pasti, tapi para ahli percaya bahwa
kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam memicu terjadinya penyakit
gula ini.
Kelebihan berat badan adalah pemicu
utama penyakit gula, tapi tidak semua pasien diabetes melitus tipe 2 kelebihan
berat badan.
Diabetes gestasional
Diabetes
gestational adalah
penyakit kencing manis yang hanya terjadi pada wanita hamil. Penyakit ini dapat
menyebabkan masalah pada ibu maupun bayinya jika tidak diobati. Jika ditangani
cepat dengan baik, kondisi ini biasanya sembuh total setelah melahirkan.
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah kondisi berbeda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan air.
Penyakit ini biasanya diakibatkan
hasil dari sindrom genetik, operasi, efek samping obat-obatan, kekurangan gizi,
infeksi, dan penyakit lainnya. Kondisi ini jarang terjadi dan dapat
diobati.
Tanda & Gejala
Apa saja tanda dan gejala diabetes melitus?
Penyakit kencing manis sering kali
tidak menunjukkan gejala apa pun pada awalnya. Bahkan, banyak orang yang tidak
pernah sadar sudah sakit diabetes sejak lama karena tidak pernah mengalami
gejala berarti.
Akan tetapi, berikut beberapa tanda
dan gejala khas penyakit diabetes melitus yang perlu Anda ketahui:
·
Sering
merasa haus
·
Sering
buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam dan disebut poliuria
·
Lemah,
lesu, dan tidak bertenaga
·
Sering
mengalami infeksi, misalnya infeksi kulit, vagina, sariawan, atau saluran kemih
Gejala yang lebih jarang terjadi:
·
Mual
atau muntah
·
Pada
wanita sering terjadi infeksi vagina
·
Infeksi
jamur atau sariawan
·
Mulut
kering
·
Luka
sulit sembuh
·
Gatal
pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina
Gejala diabetes lainnya yang harus
Anda sadari:
1. Kaki sakit dan mati
rasa
Kadar gula darah yang sangat tinggi
akan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf tubuh. Tak semua orang yang
mengalami gejala ini.
Namun orang yang mengalami diabetes,
akan merasa mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit pada tubuh, terutama di kaki.
Gejala seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang sudah mengalami
diabetes selama 5 tahun atau lebih.
2. Pandangan kabur
Pandangan kabur pada diabetesi
(sebutan untuk penderita diabetes) biasanya berasal dari gangguan lensa
(katarak) atau gangguan saraf mata (retinopati diabetikum).
Kondisi gula darah yang cukup tinggi
dapat memicu penumpukan protein di dalam lensa mata sehingga terjadinya proses
katarak. Gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah
kecil di mata terganggu bahkan pecah sehingga saraf mata (retina) tidak dapat
bekerja dengan baik.
3. Masalah kulit
Kadar insulin yang tinggi mendorong
pigmen yang menimbulkan bercak hitam pada kulit. Jika ada perubahan yang terasa
pada kulit, bisa saja menjadi tanda awal Anda memiliki penyakit gula atau
kencing manis. Perubahan bisa saja ditandai dengan kulit yang menjadi gelap,
bersisik, hingga muncul keriput dini.
4. Rentan terhadap
infeksi atau penyakit
Seseorang dengan gejala awal kencing
manis ini cenderung lebih rentan terhadap infeksi bakteri maupun jamur karena
mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Mikroorganisme tersebut membutuhkan
glukosa sebagai sumber energinya. Infeksi dapat tumbuh dalam lipatan kulit yang
hangat dan lembab, seperti antara jari tangan dan kaki, di bawah payudara, atau
di dalam atau di sekitar alat kelamin.
5. Gusi merah dan
bengkak
Penyakit gula dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh Anda dan kemampuan Anda untuk melawan infeksi sehingga
meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan rahang gigi Anda. Gusi Anda dapat
bengkak atau mungkin mengalami luka.
6. Luka lama sembuh
Gula darah tinggi dapat mempengaruhi
aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf di daerah tubuh sehingga
mengganggu proses penyembuhan alami tubuh Anda.
Jadi, jika Anda memiliki luka yang
tak kunjung sembuh atau justru semakin memburuk, segera periksa ke dokter.
7. Cepat lapar
Kurangnya insulin untuk memasukkan
gula ke sel membuat otot dan organ melemah dan tubuh kehabisan energi. Otak
akan mengira kurang energi itu karena kurang makan, sehingga tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan mengirimkan sinyal lapar.
8. Berat badan turun
tiba-tiba
Walau nafsu makan meningkat, para
diabetesi dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis.
Berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat badan.
Karena kemampuan metabolisme glukosa
terganggu, tubuh akan menggunakan apapun lain sebagai ‘bahan bakar’, misalnya
otot dan lemak sehingga orang akan tampak kurus.
Mengetahui gejalanya lebih awal akan
memudahkan Anda untuk mengatasi gejala tersebut dan bahkan dapat mencegahnya.
Kapan saya harus pergi ke dokter?
Kebanyakan orang sering kali tidak
menyadari terkena penyakit diabetes melitus sampai gula darahnya sudah
terlanjur melonjak naik sehingga menyebabkan berbagai gejala yang parah.
Maka dari itu, jika Anda mengalami
berbagai gejala di atas, atau Anda mencurigai terkena penyakit kencing manis,
jangan ragu untuk segera berkunjung ke dokter.
Penyebab
Apa saja penyebab diabetes melitus?
Sebelum mengetahui penyebab penyakit
gula, Anda perlu tahu bagaimana glukosa diproses oleh tubuh. Glukosa
sangat penting untuk tubuh, karena bekerja sebagai sebagai sumber energi bagi
sel-sel dan jaringan tubuh, terutama otak.
Glukosa sebenarnya berasal dari
makanan yang Anda makan dan dari disimpan sebagai cadangan di dalam hati
(liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan glikogen.
Jika Anda belum makan otomatis kadar
gula darah akan rendah. Guna mencegah hal tersebut, liver akan memecah
glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula darah Anda.
Penyebab diabetes tipe 1
Penyebab pasti diabetes tipe 1 tidak
diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan karena sistem
kekebalan tubuh Anda menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang bertugas
untuk menghasilkan hormon insulin.
Hormon insulin membuat glukosa lebih
mudah untuk diserap oleh sel-sel tubuh sehingga menurunkan kadar gula dalam
aliran darah. Namun, jika Anda mengalami gangguan fungsi pankreas, maka
produksi insulin juga akan terganggu.
Akibatnya, tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon insulin dengan cukup, sehingga kadar gula dalam darah akan
terus meningkat.
Penyebab diabetes tipe 2
Penyakit kencing manis disebabkan
karena lemak, hati, dan sel-sel otot di tubuh Anda tidak merespon insulin
dengan benar. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan resistensi insulin.
Resistensi insulin sendiri membuat
sel tidak bisa menrima gula darah untuk kemudian diolah menjadi
energi. Hal ini kemudian membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang
kekurangan gula sehingga memecah glikogen kembali.
Pada akhirnya, gula akan terus
menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah tinggi yang disebut
dengan hiperglikemia.
Penyebab diabetes
gestasional
Selama kehamilan, plasenta akan
menghasilkan sejumlah hormon untuk mendukung kehamilan Anda. Sayangnya,
hormon-hormon yang dihasilkan akan membuat sel-sel di dalam tubuh jadi resisten
terhadap insulin.
Sayangnya, pankreas tidak selalu
dapat memproduksi insulin ekstra untuk mengatasi resistensi tersebut.
Akibatnya, gula darah menumpuk di dalam darah dan menyebabkan diabetes
gestasional.
Faktor risiko
Apa saja faktor risiko diabetes melitus?
Mengutip dalam laman Mayo Clinic, berikut berbagai hal yang bisa membuat Anda berisiko
tinggi terkena penyakit diabetes melitus.
Penyakit diabetes tipe 1
·
Riwayat
keluarga
·
Terkena
infeksi virus tertentu
·
Adanya
kerusakan sel sistem kekebalan tubuh (autoantibodi)
·
Kekurangan
vitamin D
Penyakit diabetes tipe 2
·
Usia
di atas 45 tahun
·
Obesitas
alias kegemukan
·
Malas
gerak
·
Riwayat
medis keluarga
·
Prediabetes
Penyakit diabetes
gestasional
·
Usia
·
Memiliki
riwayat keluarga dengan penyakit ini
·
Memiliki
riwayat penyakit PCOS
·
Pernah
mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
·
Mengidap
diabetes sebelum masa hamil
·
Pernah
mengalami keguguran atau bayi lahir mati (stillbirth) tanpa
diketahui penyebabnya
·
Obesitas
sebelum kehamilan
·
Hamil
di usia lebih dari 30 tahun
Obat dan cara pengobatan
Bagaimana cara mengobati diabetes melitus?
Diabetes melitus adalah penyakit
yang tidak bisa disembuhkan. Namun bukan berarti Anda jadi merasa putus asa.
Penyakit gula atau kencing manis ini
masih bisa diatasi dan dikendalikan. Salah satunya, dengan minum obat diabetes
melitus. Tergantung jenisnya, berikut beberapa pilihan obat penyakit gula:
Obat diabetes tipe 1
Ketika Anda mengalami kondisi ini,
sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel yang memproduksi insulin
sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang. Maka dari itu, dokter
biasanya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan
disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari.
Beberapa jenis insulin tersebut
antara lain:
·
Insulin
dengan aksi cepat. Insulin
ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya memiliki sedikit waktu untuk
menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula melebihi target.
·
Insulin
dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin
dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama
dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat,
insulin aksi lambat lebih jarang digunakan.
·
Insulin
dengan aksi intermediate. Meskipun
lama waktu penyuntikkan insulin jenis ini relatif panjang, namun insulin aksi
intermediate biasanya dikombinasikan dengan aksi yang lebih cepat, sehingga
mampu memaksimalkan manfaat dari penyuntikkan.
Obat diabetes tipe 2
Orang yang mengalami penyakit
kencing manis umumnya tidak mampu menggunakan insulin yang ada sebagaimana
mestinya. Tak semua orang dengan penyakit kencing manis memerlukan obat. Dalam
beberapa kasus, dokter mungkin hanya meminta pasien untuk mengubah gaya hidupnya
agar menjadi lebih sehat, seperti rutin olahraga dan menjalani diat
khusus.
Nah, ketika kedua cara tersebut
tidak cukup, barulah dokter akan meresepkan sejumlah obat diabetes melitus
untuk membantu menurunkan gula darah. Beberapa obat diabetes melitus yang
sering diresepkan dokter adalah
metformin, pioglitazone, sulfonilurea,
agonis, repaglinide, acarbose, gliptin, dan nateglinide.
Namun, Anda harus waspada. Pasalnya,
obat diabetes melitus dapat menyebabkan sejumlah efek samping seperti kembung
dan diare. Kabar baiknya, efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap
orang. Diskusikan dengan dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat
tersebut.
Pengobatan rumahan
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk
mengatasi diabetes melitus?
1. Menjaga pola makan
dan asupan gizi
Sebenarnya, makanan untuk orang
dengan penyakit gula hampir sama dengan orang yang sehat-sehat saja. Bedanya,
makanan Anda lebih diatur dari mereka. Dokter biasanya akan meminta Anda untuk
lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi, rendah lemak dan kalori sehingga
bisa mengontrol kadar gula darah Anda.
Seperti apa makanan yang harus
dimakan? Berikut panduannya:
·
Makanan
yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi
merah, kentang panggang, oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
·
Ganti
gula Anda dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan
fungsi insulin dalam tubuh, sehingga bisa membantu mengontrol gula darah.
·
Daging
tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
·
Sayur-sayuran
yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah.
Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita, seperti brokoli dan bayam.
·
Buah-buahan
segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.
·
Kacang-kacangan,
termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan
ditumis.
·
Produk
olahan susu rendah lemak dan telur.
·
Ikan
seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.
Jika Anda menerapkan pola makan yang
sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah stabil, dan terhindar
dari risiko penyakit jantung.
2. Olahraga teratur
Manfaat olahraga teratur untuk
diabetesi adalah membantu menjaga berat badan turun, insulin bisa lebih mudah
menurunkan gula darah, membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan
memberi Anda lebih banyak energi.
Tidak usah yang terlalu berat Anda
bisa mulai berjalan, berenang, bersepeda di dekat rumah Anda, beraktivitas
membersihkan rumah, atau mulai hobi berkebun adalah ide bagus supaya Anda tetap
aktif bergerak.
Cobalah berolahraga minimal tiga
kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Jika Anda adalah tipe orang
yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit pada awal olahraga, dari sini
nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.
Jika kadar gula darah Anda kurang
dari 100-120, makanlah apel atau segelas susu sebelum Anda berolahraga. Saat
Anda sedang berolahraga, bawalah makanan ringan agar gula darah Anda tidak
turun.
Tips jika
Anda menggunakan insulin
·
Berolahraga
setelah makan, bukan sebelum makan.
·
Tes
gula darah Anda sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Jangan berolahraga bila
kadar gula darah Anda rendah, kurang dari 70.
·
Hindari
berolahraga sebelum tidur karena bisa menyebabkan gula darah Anda turun di
malam hari.
Tips jika
Anda tidak menggunakan insulin
·
Temui
dokter Anda, jika Anda berniat untuk ikut kelas fitness atau program latihan olahraga.
·
Tes
gula darah Anda sebelum dan sesudah berolahraga jika Anda mengonsumsi obat
diabetes melitus. Pastikan Anda gula darah tidak lebih rendah dari 70.
3. Rajin cek gula darah
Anda setiap hari
Kadar gula darah harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara penting
guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula darah
juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat itu
juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glukometer. Dengan
petunjuk pemakaian sebagai berikut:
1.
Pastikan
tangan Anda telah dicuci, masukkan kertas test strip ke alat
ukur gula darah.
2.
Perlahan,
tusuk ujung jari dengan jarum steril hingga darah keluar
3.
Bila
darah yang keluar sedikit, perlahan pijat jari hingga darah keluar cukup
4.
Pegang
dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test
strip, dan tunggu hasilnya.
5.
Kadar
glukosa darah Anda akan muncul di layar alat
Kadar glukosa umumnya berbeda saat
sebelum dan setelah Anda makan. Untuk tingkat gula darah normal sebelum makan,
kadarnya sekitar 70-130 mg/dL. Kemudian, tingkat gula darah dua jam setelah
makan seharusnya kurang dari 180 mg/dL dan menjelang tidur berkisar 100-140
mg/dL.
Jumlah kadar gula darah dapat
menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Kadar gula darah tinggi dianggap sebagai
pertanda bahwa kondisi tubuh Anda sedang tidak sehat. Catat kadar gula darah
setiap kali Anda memeriksa kadar gula darah.
4. Pastikan Anda selalu
minum obat atau suntik insulin
Keseimbangan kadar gula darah pada
diabetesi terkadang tidak bisa terjaga dengan baik hanya melalui penerapan pola
makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan
untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat (biasanya
dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk kondisi ini (obat hipoglikemik
oral). Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih
untuk mengendalikan kadar gula darah Anda. Obat yang biasa diberikan
adalah metformin, sulfonilurea, pioglitazone, gliptin, agonis, acarbose, nateglinide dan repaglinide.
Dalam kasus tertentu, obat-obatan
dalam bentuk tablet mungkin akan kurang efektif untuk mengobati penyakit gula
atau kencing manis ini, sehingga Anda membutuhkan terapi insulin.
Berdasarkan dosis dan cara pemakaiannya,
terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau diberikan bersamaan dengan
obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas tadi.
Pencegahan
Bagaimana cara mencegah diabetes melitus?
Penyakit gula atau kencing manis ini
dapat dicegah dengan melakukan olahraga teratur, menjaga pola hidup sehat, dan
menjaga kadar gula darah tetap normal.
1. Raih berat badan
sehat
Obesitas adalah salah satu faktor
risiko utama dari diabetes tipe 2. Diet kalori dan rendah lemak sangat
dianjurkan sebagai cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan mencegah
diabetes.
2. Banyak makan buah dan
sayur
Dengan makan sayur dan buah-buahan
segar setiap hari, Anda dapat mengurangi risiko diabetes sampai 22 persen.
Fakta ini diambil menurut hasil dari sebuah penelitian tentang diet selama 12
tahun dari hampir 22 ribu orang dewasa.
Penurunan risiko secara langsung
berhubungan dengan berapa banyak buah-buahan dan sayuran yang Anda konsumsi.
3. Kurangi
gula
Untuk menjaga kadar gula darah
normal, Anda harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan berarti Anda jadi anti
gula. Anda bisa mengganti gula pasir dengan pemanis rendah kalori dan bebas
gula untuk mencegah penyakit gula dan mengontrol asupan kalori.
4. Aktif
berolahraga
Usahakan berolahraga minimal 30
menit sehari 3-5 kali seminggu untuk memaksimalkan pencapaian target berat
badan idea sekalus juga untuk mengurangi risiko Anda terkena diabetes.
Selain itu, berolahraga juga bisa
menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan kadar insulin.
Diabetes
adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar
gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang
menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan
baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Kadar gula dalam darah
dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ
yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh
tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Jenis-jenis Diabetes
Secara
umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes
tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan
menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ
tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya
keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat
adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh
faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan
jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh
sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin
yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh
terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita
diabetes tipe ini.
Selain
kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil
yang dinamakan diabetes gestasional. Diabetes pada
kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal
setelah ibu hamil menjalani persalinan.
Gejala Diabetes
Diabetes
tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa
hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari
bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya
cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
- Sering merasa haus.
- Sering buang air kecil,
terutama di malam hari.
- Sering merasa sangat
lapar.
- Turunnya berat badan
tanpa sebab yang jelas.
- Berkurangnya massa otot.
- Terdapat keton dalam
urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh
tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi.
- Lemas.
- Pandangan kabur.
- Luka yang sulit sembuh.
- Sering mengalami
infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih.
Beberapa
gejala juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:
- Mulut kering.
- Rasa terbakar, kaku, dan
nyeri pada kaki.
- Gatal-gatal.
- Disfungsi ereksi
atau impotensi.
- Mudah tersinggung.
- Mengalami hipoglikemia
reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi
beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
- Munculnya bercak-bercak
hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda
terjadinya resistensi insulin.
Beberapa
orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam
darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai
diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2
jika tidak ditangani dengan baik.
Faktor Risiko Diabetes
Seseorang
akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko,
seperti:
- Memiliki keluarga dengan
riwayat diabetes tipe 1.
- Menderita infeksi virus.
- Orang berkulit putih
diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
- Bepergian ke daerah yang
jauh dari khatulistiwa (ekuator).
- Diabetes tipe 1 banyak
terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1
dapat muncul pada usia berapapun.
Sedangkan
pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini
jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
- Kelebihan berat badan.
- Memiliki keluarga dengan
riwayat diabetes tipe 2.
- Kurang aktif. Aktivitas
fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi,
dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif
beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe
2.
- Usia. Risiko terjadinya
diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
- Menderita tekanan darah
tinggi (hipertensi).
- Memiliki kadar
kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol baik atau HDL (high-density
lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi
lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
Khusus
pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah
mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat
penyakit polycystic ovarian
syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.
Diagnosis Diabetes
Gejala
diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang
gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak
terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena
penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:
- Orang yang berusia di atas
45 tahun.
- Wanita yang pernah
mengalami diabetes gestasional saat hamil.
- Orang yang memiliki
indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
- Orang yang sudah
didiagnosis menderita prediabetes.
Tes
gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis
diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan
apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan
pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode
tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara
lain:
- Tes gula
darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa
darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk
berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan
kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita
diabetes.
- Tes gula darah
puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah
pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu
selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur
kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar
gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal.
Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien
menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau
lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
- Tes toleransi
glukosa. Tes
ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih
dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa.
Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula
khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam
minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL
menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa
dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes.
Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih
menunjukkan pasien menderita diabetes.
- Tes HbA1C (glycated haemoglobin
test). Tes ini bertujuan untuk
mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes
ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu
protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C,
pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di
bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4%
menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas
6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil
dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada
pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan
langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai
menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk
memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh,
termasuk pankreas.
Pengobatan Diabetes
Pasien
diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi
buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak.
Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur
pola makan sehari-hari.
Untuk
membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel
terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin,
setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter
untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pada
diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari.
Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani
terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan
diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur
jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.
Pada
kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi
pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami
kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut
tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara
rutin.
Pada
pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan
produksi glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan
cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien
makan, juga dapat diberikan.
Pasien
diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan
sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain
mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal
untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan
terakhir.
Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi
yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
- Penyakit jantung
- Stroke
- Gagal ginjal kronis
- Neuropati diabetik
- Gangguan penglihatan
- Depresi
- Demensia
- Gangguan pendengaran
- Luka dan infeksi pada
kaki yang sulit sembuh
- Kerusakan kulit akibat
infeksi bakteri dan jamur
Diabetes
akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi
pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat
muncul pada bayi adalah:
- Kelebihan berat badan
saat lahir.
- Kelahiran prematur.
- Gula darah rendah
(hipoglikemia).
- Keguguran.
- Penyakit kuning.
- Meningkatnya risiko
menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.
Pencegahan Diabetes
Diabetes
tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan,
diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup
sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya
adalah:
- Mengatur frekuensi dan
menu makanan menjadi lebih sehat.
- Menjaga berat badan
ideal.
- Rutin berolahraga.
- Rutin menjalani pengecekan
gula darah, setidaknya sekali dalam setahun.
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa
penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang merusak sel-sel pulau
Langerhans pada pankreas.
Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas
akibat Mekanisme Autoimun
Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada
diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat terbentuknya autoantibodi. Mekanisme
autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga berhubungan
dengan faktor genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang
terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam pulau-pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit.
Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek tetapip dapat
terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul
setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.
Hiperglikemia dan
Komplikasinya
Kerusakan sel-sel β pankreas
akan menyebabkan terjadinya penurunan sekresi insulin. Defisit insulin ini kemudian
akan menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang bila terus memburuk akan
menyebabkan penderita mengalami hiperosmolaritas dan dehidrasi.
Hiperglikemia juga akan
menyebabkan terjadinya degenerasi akson dan demielinisasi segmental sehingga
penderita akan mengalami neuropati. Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan
terjadinya penumpukan sorbitol pada saraf sensorik perifer yang menyebabkan
terjadinya neuritis.
Hiperglikemia juga akan
menyebabkan gangguan pada sistem pembuluh darah mikro maupun makro di mata
ginjal, otak, dan jantung, sistem katabolisme tubuh, serta gangguan
elektrolit.[3,4]
Patofisiologi diabetes mellitus
tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek yang berlangsung lama,
dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan
sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.
Penurunan Sekresi Insulin
Penurunan sekresi insulin
terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu penelitian menemukan bahwa
gangguan fungsi sel pankreas ini terjadi secara dini bahkan sebelum adanya
resistensi insulin.[2]
Resistensi Insulin
Resistensi insulin akan terjadi
bila alur penyimpanan nutrisi yang bertugas memaksimalkan efisiensi penggunaan
energi terpapar terus menerus dengan surplus energi. Surplus energi ini akan
menurunkan sensitifitas insulin. Paparan surplus energi dalam jangka panjang
akan menyebabkan sensitifitas insulin semakin menurun hingga terjadi resistensi
insulin, terutama pada jaringan otot, hepar, dan lemak.
Resistensi insulin akan
menyebabkan penurunan asupan glukosa perifer diiringi dengan peningkatan
endogen produksi glukosa oleh hepar melalui proses glukoneogenesis. Selain itu,
jaringan tubuh yang tidak mendapat energi juga akan memecah lipid dalam
jaringan sel lemak sehingga terjadi katabolisme lemak tubuh atau
lipolisis.[1,3-5]
Ominous Octet
Resistensi insulin dan
penurunan sekresi insulin akan menyebabkan terjadinya ominous octet yang
menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Ominous octet adalah
gabungan dari kondisi berikut:
1. Penurunan
sekresi insulin pankreas
2. Penurunan
efek inkretin
3. Peningkatan
lipolisis
4. Peningkatan
reabsorpsi glukosa
5. Penurunan
uptake glukosa perifer
6. Disfungsi
neurotransmitter
7. Peningkatan
produksi glukosa oleh hepar
8. Peningkatan
sekresi glukagon dari sel-sel alfa pulau Langerhans[1]
Keadaan hiperglikemia yang
terjadi karena ominous octet ini dapat berlangsung selama
bertahun-tahun secara subklinis sebelum gejala klinis penyakit muncul.
Diabetes adalah ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi atau menggunakan insulin yang terdapat di tubuh. Insulin sendiri
adalah sebuah hormon yang mengubah gula dan glukosa di tubuh menjadi energi.
Menderita diabetes berarti memiliki kadar gula
yang tinggi dalam darah, sebagai akibat dari adanya gangguan metabolisme gula
karena gagalnya fungsi insulin tadi. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai
macam gangguan kesehatan, salah satunya adalah luka yang sulit sembuh.
Baca Juga
·
Menu Sarapan Sehat
untuk Penderita Diabetes Mellitus
Ya, salah satu gejala yang khas dari penderita
diabetes adalah luka yang lama dan sulit sembuh. Tak hanya itu, luka juga dapat
memburuk lebih cepat sehingga dapat menimbulkan infeksi, bahkan dapat terjadi
komplikasi yang lebih serius.
Luka dapat terjadi di bagian tubuh mana pun,
kaki merupakan lokasi utama timbulnya luka yang tak kunjung sembuh pada
penderita diabetes. Inilah mengapa ada istilah “diabetic foot” (kaki
diabetes) akibat tingginya frekuensi luka dengan kondisi buruk pada penderita
diabetes.
Pada 14-24 persen penderita diabetes, luka
pada kaki dapat memburuk sedemikian rupa hingga sampai satu titik dimana
amputasi menjadi tindakan yang harus dilakukan. Sebenarnya apa yang menyebabkan
luka pada penderita diabetes sulit sembuh atau butuh waktu lebih lama untuk
sembuh?
Dampak gula pada penyembuhan luka
Sulitnya luka sembuh dan memburuknya kondisi
luka pada penderita diabetes sering kali berbanding lurus dengan tingginya
kadar gula dalam darah. Ini karena kondisi diabetes memiliki berbagai pengaruh
terhadap kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka.
● Kadar gula darah tinggi
Saat kadar gula dalam darah Anda tinggi,
terdapat beberapa mekanisme yang terganggu seperti terhambatnya kemampuan
nutrisi dan oksigen untuk masuk ke dalam sel, menurunnya fungsi sistem
kekebalan tubuh, dan meningkatnya kemungkinan terjadinya radang pada berbagai
sel dalam tubuh. Semua kondisi tersebut tentu memiliki dampak pada progres
penyembuhan luka.
● Gangguan saraf atau neuropati
Salah satu komplikasi diabetes adalah
terjadinya kerusakan ujung saraf akibat kadar gula yang tinggi dalam darah
dalam jangka waktu yang panjang. Lama-kelamaan, kerusakan pada ujung saraf dan
pembuluh akan membuat area yang rusak menjadi kebas dan kehilangan fungsi
sensori.
Pada kondisi yang normal, tubuh—terutama
tangan dan kaki—dapat merasakan sakit, yang membuat seseorang menjadi awas
terhadap benda yang mungkin membahayakan atau luka yang timbul di bagian
tersebut. Pada kondisi ketika fungsi sensori menurun akibat diabetes, tubuh
menjadi tidak awas terutama pada timbulnya luka. Akibatnya, sering kali luka
yang awalnya kecil menjadi terbengkalai hingga kemudian memburuk.
Gangguan ini terutama sering terjadi di bagian
kaki, ketika berjalan tanpa alas kaki dan menginjak berbagai benda yang mungkin
menyebabkan luka kecil tidak disadari oleh penderita diabetes. Timbulnya kaki diabetes pun sangat mungkin
terjadi.
● Gangguan sirkulasi
Selain gangguan ujung saraf, penderita
diabetes juga rentan mengalami gangguan fungsi dan struktur pembuluh darah.
Gangguan pembuluh darah ini dapat terjadi di berbagai lokasi, mulai dari
perifer seperti di tangan dan kaki atau gangguan pembuluh darah di ginjal, yang
memperbesar kemungkinan penderita diabetes mengalami komplikasi penyakit pada
ginjal.
Gangguan pembuluh darah tentu akan menurunkan
fungsi sirkulasi. Padahal, sirkulasi darah sangat penting untuk proses
penyembuhan luka karena fungsi penting darah adalah mengangkut berbagai nutrisi
dan oksigen yang diperlukan untuk proses tersebut.
Gangguan pembuluh ini juga dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah yang menurunkan aliran darah ke alat gerak.
Tingginya kadar gula dalam darah juga dapat membuat darah menjadi lebih kental,
sehingga sirkulasi menjadi semakin buruk.
● Infeksi
Kadar gula berlebih dalam darah merupakan
“makanan” bagi bakteri yang dapat menyebabkan berbagai infeksi. Selain itu,
kadar gula darah yang tinggi juga menghambat kerja sistem kekebalan tubuh dalam
memerangi bakteri. Ini menjadikan infeksi lebih cepat menyebar, memburuk,
bahkan dapat menyebabkan luka membusuk atau sepsis.
Dari berbagai kondisi yang dijabarkan di atas,
inilah kenapa para penderita diabetes harus menaruh perhatian lebih terhadap
kemungkinan timbulnya luka kecil, yang dapat memburuk akibat kadar gula darah
yang tinggi.
Penting juga untuk mengontrol kadar gula darah
agar proses penyembuhan luka tidak berlangsung terlalu lama. Jika Anda
mengalami luka yang sulit sembuh tapi belum pernah
terdiagnosis diabetes, segera lakukan pemeriksaan dengan berkonsultasi ke
dokter spesialis penyakit dalam untuk mengetahui apakah kondisi yang Anda alami
ini adalah akibat dari kadar gula yang tinggi atau bukan.
Untuk menjalankan
segala fungsinya dengan baik, tubuh dibantu oleh kerja 14 kelenjar utama.
Kelenjar tubuh manusia terdiri dari 9 kelenjar endokrin (ductless gland)
dan 5 kelenjar eksokrin (duct gland). Yuk, pelajari serba-serbi fungsi
kelenjar manusia dalam ulasan lengkap berikut ini.
Apa itu kelenjar?
Kelenjar adalah
jaringan menyerupai kantung yang terbuat dari sel-sel sekresi. Kelenjar
terletak di lokasi-lokasi tubuh yang aman namun menonjol.
Fungsi kelenjar adalah
untuk menghasilkan suatu zat tertentu yang berperan mengatur berbagai fungsi
fisiologis dan aktivitas tubuh. Zat yang dikeluarkan kelenjar dapat
berupa hormon, enzim, atau cairan yang masing-masing memiliki fungsi penting.
Ada berbagai kelenjar
yang bertugas sesuai dengan lokasi, tipe sekresi, dan sistem organ yang dikendalikan. Tanpa
pengeluaran sekresi yang cukup, gangguan kesehatan yang terkait defisiensi
enzim dan hormon dapat terjadi.
Macam-macam fungsi kelenjar berdasarkan jenisnya
Secara garis besar,
ada dua tipe kelenjar pada tubuh manusia — yaitu kelenjar eksokrin (duct
glands) dan kelenjar endokrin (ductless glands). Berikut perbedaan
antara keduanya dan kelenjar apa saja yang termasuk ke dalamnya.
Kelenjar eksokrin
Kelenjar eksokrin
adalah kelenjar yang memiliki saluran untuk mengalirkan zat sekresinya ke seluruh
tubuh. Kebanyakan fungsi kelenjar eksokrin menghasilkan enzim, tapi beberapa
lainnya menghasilkan cairan non-enzim.
Beberapa kelenjar yang
termasuk kelenjar eksokrin adalah:
·
Kelenjar ludah: Kelenjar ini terletak di dalam dan sekitar rongga mulut, juga
dalam tenggorokan. Fungsi kelenjar ludah adalah menghasilkan air liur membantu
melembapkan mulut, mengawali pencernaan, dan melindungi gigi dari pembusukan.
·
Pankreas:
Pankreas terletak dalam perut. Fungsinya adalah mensekresi enzim pencernaan
seperti amilase, tripsin, dan lipase untuk mencerna karbohidrat, protein, dan
lemak secara berurutan.
·
Kelenjar keringat:
Kelenjar ini terletak pada kulit. Saat suhu tubuh terlalu panas, kelenjar ini
mensekresikan keringat untuk mendinginkan tubuh.
·
Kelenjar sebaceous
(kelenjar minyak): Kelenjar ini terdapat di kulit untuk menghasilkan minyak
alami (sebum) yang membantu melembapkan kulit, serta membuat kulit dan rambut
jadi tahan air.
·
Kelenjar lakrimal:
Lokasinya di mata, sedikit di bagian atas dan luar ujung mata. Kelenjar ini
mensekresikan air mata yang
mengandung protein, elektrolit, dan air untuk melembapkan, memelihara, dan
melindungi permukaan mata.
Kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin
adalah kelenjar penghasil hormon yang tidak memiliki saluran pengalir. Hormon
yang dihasilkannya akan disalurkan lewat aliran darah. Karena “menumpang”
aliran darah, hormon tersebut bisa mencapai bagian tubuh yang jauh dari lokasi
kelenjar tersebut.
Kelenjar endokrin
terdiri dari:
1. Kelenjar pituitari
(kelenjar hipofisis)
Kelenjar pituitari ada di dalam otak, tepatnya di bawah
hipothalamus. Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur
pertumbuhan, tekanan darah, produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi
organ tubuh lainnya.
Kelenjar ini meliputi
kelenjar anterior dan posterior; masing-masingnya memiliki jenis sekresi yang
berbeda.
a) Kelenjar pituitari
anterior
Terletak di bagian
depan pituitari. Kelenjar ini menghasilkan:
·
Hormon
adrenokortikotropik (ACTH): Hormon ini merangsang produksi hormon adrenal.
·
Hormon perangsang
folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH): Hormon-hormon ini mengatur produksi
estrogen dan progesteron pada tubuh wanita dan produksi testosteron pada tubuh
pria. Letaknya di ovarium dan testis.
·
Hormon pertumbuhan
(GH): Hormon ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh manusia, terutama di
tahun-tahun awal. Untuk anak-anak, hormon ini membantu menjaga komposisi tubuh
yang sehat. Untuk orang dewasa, GH bertindak sebagai penyeimbang distribusi
lemak serta menjaga
kesehatan tulang dan otot.
·
Prolaktin: Fungsi
utama hormon ini adalah menstimulasi produksi ASI pada wanita. Hormon ini juga
memiliki efek pada aktivitas seksual yang berbeda pada pria dan wanita.
·
Hormon perangsang
tiroid (TSH): Hormon ini amerangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormonnya
sendiri, yang bertugas mendorong metabolisme pada hampir seluruh jaringan
tubuh.
b) Pituitari posterior
Terletak di belakang
bagian depan pituitari. Kelenjar ini mensekresikan:
·
Hormon antidiuretik
(ADH) atau vasopressin: Hormon ini dihasilkan ginjal untuk meningkatkan
penyerapan air dalam darah, mengurangi jumlah air yang keluar dalam urin, dan
membantu menyimpan air dalam tubuh.
·
Oksitosin: Oksitosin
memberi sinyal pada rahim untuk memulai proses persalinan. Hormon ini juga
bertanggung jawab merangsang produksi ASI.
2. Kelenjar tiroid
Terletak di leher dan
mensekresikan hormon tiroid T3 & T4
3. Kelenjar paratiroid
Terletak di leher dan
mensekresikan parathormone.
4. Kelenjar adrenal
Kelenjar ini terletak
pada kedua ginjal dan terdiri dari 2 bagian: korteks luar dan medulla dalam.
·
Korteks: menghasilkan
gluco-corticoid dan mineralo-corticoid.
·
Medulla: menghasilkan
nor-adrenalin, yang merupakan salah satu neurotransmiter (hormon flight or
fight).
5. Pankreas
Kelenjar pankreas
memiliki kedua fungsi eksokrin dan endokrin. Pankreas menghasilkan berbagai
hormon yang mengendalikan metabolisme glukosa tubuh. Dengan fungsi endokrin,
pankreas mensekresikan insulin, glukagon, somatostatin.
6. Ginjal
Menghasilkan renin
angiotensin yang membantu mengendalikan tekanan darah.
7. Kelenjar pineal
Kelenjar ini terletak
di dalam otak dan bekerja sebagai jam biologis tubuh. Fungsi kelenjar pineal mensekresikan melatonin, hormon yang
salah satunya mengatur siklus tidur dan bangun.
8. Kelenjar gonad
Fungsi kelenjar gonad
adalah menghasilkan hormon seks:
·
Testis: Menghasilkan
hormon pria testosteron yang memberikan karakter pria seperti jenggot, otot dan
lainnya. Testosteron disekresikan dalam jumlah besar pada pria dan jumlah kecil
pada wanita.
·
Indung telur:
Mensekresikan estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dihasilkan hanya pada
wanita dan mengatur siklus reproduksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar